Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan permintaan minyak akan naik 6,6 persen atau 5,95 juta barel per hari (bph), tahun ini
New York (ANTARA) - Harga minyak naik tipis ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun dalam perdagangan yang bergejolak pada akhir transaksi Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah optimisme permintaan ekonomi yang kuat setelah klaim pengangguran baru AS turun ke level terendah sejak gelombang pertama COVID-19 di negara itu tahun lalu.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terkerek 30 sen atau 0,4 persen, menjadi menetap di 72,52 dolar AS per barel, penutupan tertinggi sejak Mei 2019.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli bertambah 33 sen atau 0,5 persen, menjadi berakhir di 70,29 dolar AS, penutupan tertinggi sejak Oktober 2018.

Pasar terguncang, sempat jatuh setelah laporan media menyatakan Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap pejabat minyak Iran. Departemen Keuangan AS kemudian mengatakan telah menghapus sanksi terhadap tiga mantan pejabat Iran dan dua perusahaan yang sebelumnya terlibat dalam perdagangan produk petrokimia Iran.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa kegiatan itu "rutin" dan tidak terkait dengan pembicaraan dengan Iran mengenai menghidupkan kembali kesepakatan 2015 untuk membatasi pengembangan senjata nuklirnya.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pekan lalu ke level terendah dalam hampir 15 bulan, sementara harga-harga konsumen meningkat kuat pada Mei karena cengkeraman pandemi pada ekonomi terus mereda.

"Data pengangguran dan tenaga kerja baru-baru ini yang diterbitkan di (Amerika Serikat) adalah tanda positif yang pasti bahwa pemulihan di negara itu semakin cepat," Louise Dickson, analis di Rystad Energy, mengatakan.

“Lebih banyak aktivitas bisnis berarti lebih banyak konsumsi energi, dan ekonomi yang lebih baik merupakan prasyarat yang dibutuhkan untuk meningkatkan lalu lintas jalan dan udara.”

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan permintaan minyak akan naik 6,6 persen atau 5,95 juta barel per hari (bph), tahun ini. Perkiraan bulanan itu tidak berubah untuk bulan kedua berturut-turut.

“Harga minyak masih perlahan naik. Prospek permintaan terus menguat dan pasokan tidak selalu mengikuti,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Namun, Kilduff mencatat bahwa pasar "memperkirakan dengan sempurna dalam kondisi relatif ketat," dan mengatakan penurunan harga singkat pada tengah hari Kamis menunjukkan apa yang dapat terjadi jika Iran atau OPEC+ menambahkan lebih banyak barel ke pasokan global.

OPEC+ adalah aliansi antara OPEC dan produsen lain termasuk Rusia.

Analis mengatakan Iran dapat menyediakan sekitar 1 juta hingga 2 juta barel per hari (bph) dalam pasokan minyak tambahan jika kesepakatan tercapai dan sanksi dicabut.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021