Jakarta (ANTARA) - Memasuki usia ketiganya di pasar Indonesia, vivo membangun pusat produksi mandiri di Cikupa, Tangerang, Banten sebagai komitmen untuk bisnis jangka panjangnya.

Pabrik ini akan menjadi pusat produksi pertama vivo di Asia Tenggara. vivo juga akan mengelola seluruh rantai produksi dan pengujian untuk terus menyediakan produk serta layanan berkualitas tinggi kepada pengguna di Indonesia.

Baca juga: Demi penuhi permintaan, Vivo perluas pabrik di Tangerang

Sejalan dengan pengembangan portofolio produk dari berbagai seri dan pertumbuhan pengguna vivo di Indonesia, ekspansi pabrik ini akan mendukung peningkatan kapasitas produksi.

Berawal dari satu unit gedung, pusat produksi vivo kini mencakup dua kompleks dengan kapasitas produksi sebesar ratusan ribu unit per bulan pada tahun 2020. Ponsel pintar vivo buatan Indonesia pun telah melalui proses produksi yang diawasi oleh para ahli.

Fasilitas sentra produksi mandiri mewadahi vivo dalam memenuhi persentase Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan menjadi upaya perpanjangan tangan vivo dalam mempertahankan komponen dan produk akhir secara keseluruhan agar selalu dalam kualitas standar yang sama untuk semua pengguna.

"Melalui ekspansi basis produksi serta fasilitas QC Lab independen, kami ingin memenuhi kebutuhan konsumen setia vivo di tanah air dengan rangkaian produk berkualitas yang telah melalui uji dengan standarisasi global. Ini merupakan salah satu bentuk komitmen kami dalam memberikan pengalaman produk yang memuaskan bagi konsumen dari tahap produksi hingga purnajual," ujar Edy Kusuma, Senior Brand Director vivo Indonesia melalui keterangan resminya, Jumat.

Baca juga: Mengintip perakitan ponsel Vivo di Tangerang
Proses produksi ponsel pintar vivo (ANTARA/Vivo)


Proses produksi ketat dengan pengujian multilevel

Di area produksi vivo di Cikupa, ada dua bagian untuk setiap lini, yakni perakitan dan pengujian. Bagian perakitan dilakukan dengan cepat dan menggunakan standar waktu tertentu untuk menyelesaikan tugas masing-masing.

Selain itu, setiap komponen yang telah dirakit diperiksa menggunakan mesin pengujian yang sangat kompleks yang terintegrasi dengan jaringan intranet untuk melacak hasil secara online. Sistem ini juga memastikan bahwa hanya produk yang lolos uji tahap pertama yang bisa melanjutkan ke pos uji berikutnya.

Serangkaian tes dilakukan pada tahap pengujian, termasuk konsumsi arus, audio, MMI (Kartu SIM/inframerah/ sensitivitas/ tombol/ sensor gravitasi/kompas), diikuti dengan pengujian kamera, komunikasi radio atau pengujian jaringan, pengujian GPS dan Wi-Fi.

Area pengujian lainnya dikhususkan untuk pengujian keandalan/keandalan ponsel pintar (Aging). Terdapat deretan rak di dalam ruangan dengan ratusan slot yang dilengkapi dengan jalur pengisian untuk menguji daya tahan baterai setiap unit ponsel yang dihasilkan dari rangkaian lini produksi.

Setelah itu, ponsel menjalani uji fitur, seperti uji kamera depan dan belakang, sensor autentikasi sidik jari, dan fitur lain yang disematkan. Uji fitur ini merupakan tahap akhir dari rangkaian pengujian sebelum ponsel memasuki tahap pengemasan.

Bagi vivo, tahap pengemasan juga merupakan bagian penting dari proses produksi ponsel. Pengemasan dengan bahan berkualitas adalah sentuhan akhir vivo dalam mengapresiasi inovasi produk yang dibuat melalui serangkaian proses kompleks di pabrik.

Setiap ponsel vivo akan diperiksa ulang untuk buku manual tambahan, penimbangan unit, dan penyegelan produk akhir untuk pengemasan.

Baca juga: Vivo Indonesia akan tambah kapasitas produksi pabrik Cikupa
Ponsel pintar vivo seri V21 (ANTARA/Vivo)



Menjaga standar kualitas yang maksimal

Struktur perangkat keras dari setiap seri ponsel vivo harus diuji di Lab Kontrol Kualitas (QC Lab) secara intensif sebelum dan di tengah produksi massal. Sampel ponsel pintar akan melalui serangkaian pengujian ekstensif, seperti memeriksa daya pada penggunaan tinggi (menjalankan beberapa aplikasi secara bersamaan), ketahanan terhadap suhu panas (50 OC -75OC) dan suhu dingin (hingga -20oC), dan uji paparan air.

Pengujian ini juga termasuk mensimulasikan kondisi colokan dan cabut port pengisian daya. Selain itu, sampel ponsel harus melalui ribuan uji ayunan, uji kabel pengisian dan pelepasan kabel pengisian secara manual dan otomatis oleh penguji profesional.

Selanjutnya di area QC Lab, ponsel juga menjalani drop test menggunakan mesin tertentu yang akan memutar unit ratusan kali untuk menguji ketahanan tubuh. Ada juga tes jatuh, di mana pada tahap ini ponsel dibuat jatuh bebas atau tanpa mengatur posisi dan letak jatuhnya.

Setelah puluhan kali melewati tes jatuh bebas, dilakukan pemeriksaan kondisi unit sebelum pengujian untuk tahap berikutnya. Selain jatuh bebas, berbagai jenis mesin uji jatuh juga akan menguji daya tahan setiap sisi desain ponsel yang dijatuhkan ribuan kali di setiap sisi.



Baca juga: vivo Y53s 5G diluncurkan, harga berkisar Rp4 jutaan

Baca juga: vivo hadirkan "earphone" Wireless Sport Lite khusus olahraga

Baca juga: Review ponsel - vivo V21 5G, jagoan selfie yang andal untuk main game

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021