Surabaya (ANTARA News) - MUI Jatim meminta pemerintah dan ulama setempat mendekati jamaah tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah Mu`tajabiyah Al Amin (NKMA) atau Islam Aboge di Dusun Kapas, Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan, Jombang yang berpuasa pada 12 Agustus.

"Di Indonesia memang ada sekelompok tarekat tertentu yang tidak umum dan hal itu menjadi urusan mereka, karena itu masyarakat tidak perlu mengikutinya," kata Ketua Umum MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori kepada ANTARA di Surabaya, Kamis.

Oleh karena itu, katanya, pemerintah daerah dan ulama setempat perlu melakukan pendekatan untuk menyadarkan mereka, sehingga tidak menimbulkan masalah yang dapat merusak kebersamaan yang ada selama ini.

Ia mengemukakan hal itu menanggapi keputusan pimpinan jamaah tarekat NKMA atau Islam Aboge yang berpusat di Peterongan, Jombang yang berpuasa pada Kamis (11/8) atau berbeda dengan keputusan pemerintah dan ormas Islam lainnya seperti NU dan Muhammadiyah.

Menurut Mursyid (Ketua) NKMA, H Nasukha Anwar, pihaknya sudah melakukan rukyat di beberapa tempat untuk memastikan jatuhnya 1 Ramadhan 1431 Hijriah pada Selasa (10/8) sore.

"Tapi, hingga malam, jamaah NKMA yang ditugaskan melakukan rukyat gagal melihat hilal, sehingga awal Ramadhan jatuh pada hari Kamis (12/8) sesuai perhitungan dengan sistem Aboge," katanya.

Tapi, Aboge hanya alat bantu, karena yang utama tetap rukyat yakni karena hilal gagal dilihat, maka dilakukan istikmal atau menyempurnakan bulan yakni 30 hari.

Beberapa tempat yang digunakan jamaah itu untuk melakukan rukyat adalah Pantai Kenjeran Surabaya, Tanjung Kodok Lamongan, Jembatan Sungai Brantas Kecamatan Ploso Jombang, Bukit Tunggorono Jombang, Dusun Penangggalan Desa Cukir, Kecamatan Diwek, dan Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro Jombang.

Dengan penetapan jamaah tarekat itu, warga satu dusun, yakni Dusun Kapasan yang nyaris 100 persen merupakan jemaah NKMA belum berpuasa pada 11 Agustus, kendati masyarakat lainnya sudah berpuasa.

Ketua Umum MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori menambahkan pemerintah daerah dan ulama setempat perlu melakukan pendekatan untuk menyadarkan mereka.
(ANT/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010