Jakarta (ANTARA) - Yogyakarta disebut memiliki potensi yang besar untuk menumbuhkan sektor pariwisata, apalagi kini sudah ada tol Trans Jawa yang memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata.

Selama pandemi, Yogyakarta menjadi salah satu destinasi yang dituju oleh masyarakat. Lokasinya pun mudah diakses jika ingin membawa kendaraan sendiri.

"Lumayan (pertumbuhan pariwisata) karena sekarang kan banyak yang open land, udah gampang dengan tol baru, Bandung, Semarang, Yogya udah ramai," ujar Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO), Pauline Suharno saat dihubungi ANTARA pada Selasa.

Baca juga: Selain bersepeda, ini aktivitas lain yang mulai digandrungi di OTA

Pauline mengatakan saat ini masyarakat lebih mencari destinasi wisata alam dibandingkan dengan tempat atraksi yang berada di ruang tertutup dan Yogyakarta pun memiliki obyek wisata tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani yang mengatakan bahwa Yogyakarta adalah destinasi populer di Jawa, bahkan setiap bulannya ada destinasi baru yang diperkenalkan.

"Tempat wisata di Yogya lumayan banyak kok. Orang Yogya itu kreatif-kreatif sekali, setiap bulan itu selalu ada tempat wisata baru yang dirilis," kata Hariyadi.

Menurut Hariyadi, pengunjung Yogyakarta sebagian besar berasal dari Jakarta dan Surabaya. Namun daerah lain di sekitar Yogyakarta seperti Solo dan Semarang juga menjadi kota yang dikunjungi oleh wisatawan lokal.

"Kalau enggak ada PPKM, Yogya itu masih bisa tumbuh apalagi ada jalan tol. Itu pengaruh banget ke pergerakan Yogyakarta dan Solo," ujar Hariyadi.

Sementara itu, Hariyadi mengatakan bahwa hotel-hotel yang menerapkan protokol kesehatan berbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) atau yang dikenal dengan istilah CHSE lebih diminati oleh masyarakat saat berkunjung ke destinasi wisata.

CHSE menjadi pertimbangan wajib bagi para turis lokal, meski harga yang dibayarkan akan lebih mahal. Dengan penerapan standar tersebut, wisatawan menjadi lebih merasa aman dan nyaman.

"Mereka akan lebih percaya kalau destinasinya menerapkan CHSE dengan benar," kata Hariyadi.

Baca juga: Program "Work from Bali" pengaruhi industri pariwisata?

Baca juga: Proyeksi semester II, pelaku travel berusaha optimistis

Baca juga: Tren penyewaan modem meningkat selama WFH

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021