Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPE) atau Indonesia Eximbank terus mendorong pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) agar bisa menembus pasar global, salah satunya melalui Coaching Program for New Exporters (CPNE).

Kali ini, LPEI menggelar pelatihan bagi pelaku usaha yang memiliki potensi ekspor di Kabupaten Kendal sebagai tindaklanjut atas nota kesepahaman yang telah ditandatangani bersama antara LPEI dengan Pemerintah Kabupaten Kendal pada Maret tahun ini.

"Pelatihan tematik ekspor CPNE di Kendal merupakan wujud komitmen LPEI untuk terus mengedukasi pengusaha sektor UKM agar menembus pasar global. CPNE merupakan salah satu program unggulan LPEI dalam mendorong UMKM Indonesia untuk menembus pasar global melalui pelatihan yang komprehensif dan berjenjang selama satu tahun," kata Direktur Pelaksana II LPEI Maqin U.Nurhadi dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Maqin menyampaikan, para peserta CPNE akan mendapatkan berbagai wawasan dan pengetahuan mulai dari pengetahuan dasar sampai ke tingkat lebih lanjut, sehingga diharapkan dapat menciptakan pelaku UMKM berorientasi ekspor yang berdaya saing serta menghasilkan produk-produk bernilai ekspor.

Bupati Kendal Dico M Ganinduto mengatakan, kolaborasi Pemerintah Kabupaten Kendal dan LPEI melalui pelatihan ekspor, merupakan langkah nyata untuk mendorong para pelaku usaha UKM di daerah agar semakin mampu meningkatkan kualitas produknya dan sejalan dengan program pemerintah daerah untuk mengakselerasi sektor UKM sehingga semakin berkontribusi terhadap ekonomi.

"UKM menjadi pendorong ekonomi Kendal. Kami sampaikan apresiasi kepada LPEI yang berkenan memberi pendampingan UKM di Kendal," ujar Dico.

Menurut Dico, sektor UKM memiliki potensi besar sehingga perlu menjadi perhatian bersama dan telah terbukti membuka lapangan pekerjaan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kendal.

Saat ini Pemkab Kendal juga telah bekerjasama dengan market place lokal, untuk mempermudah pelaku UKM mendigitalisasi produknya, serta akan menyiapkan mall pelayanan publik khusus ekspor.

"Ke depan kami akan buat agar UKM Kendal bisa bersaing memasuki pasar global, perizinan difasilitasi, sehingga meningkatkan perekonomian," kata Dico.

Tenaga Ahli 1 Free Trade Agreement (FTA) Semarang Pulung Widhi Hananto yang menjadi salah satu narasumber mengatakan, pelatihan tersebut penting untuk mengedukasi eksportir baru dalam memahami pasar ekspor dan semua komoditas memiliki potensi.

"Tidak ada komoditas yang tidak potensial karena semua hampir diminati di pasar. Contohnya, komoditas porang yang awalnya tak dilirik, kini diminati banyak negara dari Asia hingga Eropa," ujar Pulung saat memberikan pelatihan secara daring.

Merujuk data Badan Karantina Pertanian (Barantan) semester I 2021, ekspor porang Indonesia mencapai angka 14,8 ribu ton. Angka tersebut meningkat 160 persen dibandingkan jumlah ekspor semester I 2019 dengan jumlah 5,7 ribu ton.

Negara-negara yang menerima suplai ekspor utama porang seperti China, Vietnam, hingga Jepang. Selain negara kawasan Asia, Eropa juga menjadi salah satu negara tujuan ekspor porang. Biasanya porang yang di ekspor dikirim dalam bentuk chip atau produk setengah jadi yang nantinya di negara penerima akan diolah menjadi bahan dasar pangan, kosmetik hingga industri.

"Komoditas porang, pada awalnya tidak berorientasi ekspor atau punya standar ekspor, sekarang benar-benar dicari menjadi primadona. Bahkan, tiga minggu lalu Kemendag juga memberikan keputusan kebijakan untuk pengaturan ekspor porang," kata Pulung.

Baca juga: LPEI pacu ekspor UMKM melalui pelatihan bagi eksportir baru
Baca juga: LPEI gelar pelatihan dongkrak kapasitas UMKM tembus pasar global
Baca juga: LPEI dampingi petani hasilkan produk berorientasi ekspor

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021