Hal ini terjadi karena negara-negara Asia mampu menjaga stabilitas ekonomi dan terus berupaya meningkatkan investasi untuk modal sumber daya manusia
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyatakan transformasi struktural di Asia terus berlanjut karena negara-negara di kawasan tersebut mampu menjaga stabilitas ekonomi.

"Transformasi struktural di Asia terus berlangsung dan telah menunjukkan kemajuan yang baik, seperti terlihat dari peningkatan produktivitas. Hal ini terjadi karena negara-negara Asia mampu menjaga stabilitas ekonomi dan terus berupaya meningkatkan investasi untuk modal sumber daya manusia," kata Suahasil dalam Kongres Dunia Asosiasi Ekonomi Internasional ke-19 secara daring, Sabtu.

Ia menyebut negara-negara di Asia memiliki struktur ekonomi beragam yang terkait dengan situasi politik di masing-masing negara.

Baca juga: Pemerintah fokus pemulihan ekonomi dan reformasi struktural pada 2022

Asia kini telah menjadi salah satu mesin pertumbuhan dunia.

Dari 1960 hingga 2018, misalnya, negara berkembang di Asia (developing Asia) meningkat pesat kontribusinya dari 4,1 persen menjadi 24 persen dari PDB dunia.

Bahkan The World Economic Forum memprediksi pada 2030, ekonomi Asia akan berkontribusi kepada 60 persen pertumbuhan dunia,

"Hal ini didukung oleh transformasi struktural, yang tercermin dari menurunnya kontribusi sektor pertanian dan meningkatnya sektor bernilai tambah seperti sektor pengolahan dan jasa," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Wamenkeu, beberapa hal harus diperhatikan oleh negara-negara Asia untuk dapat membangun kembali dengan lebih baik pascapandemi.

Ia menyampaikan penanganan pandemi, ketersediaan vaksin bagi semua orang di dunia sangat penting, karena sumber daya manusia (SDM) berperan penting dalam ekonomi dan berhubungan erat dengan kesejahteraan negara.

"Tapi, kapan kah vaksin bisa tersedia untuk semua orang? Ini menjadi pertanyaan karena lebih cepat vaksin tersedia, lebih cepat pula kita bisa pulih. Jika tidak, recovery ini akan berlangsung lebih lama," lanjut Suahasil.

Ia juga menekankan peran penting teknologi dan inovasi, terutama saat pandemi yang hampir semua aktivitas dilakukan secara daring.

Menurut studi ADB, peningkatan digitalisasi akan berdampak luar biasa pada pertumbuhan, ekspor, dan lapangan kerja di Asia.

PDB akan meningkat lebih dari 1,7 triliun dolar AS per tahun atau 6,1 persen dari PDB dasar 2020, transaksi lintas batas diperkirakan meningkat lebih dari satu triliun dolar AS per tahun atau 6,8 persen dari perdagangan regional Asia pada 2020, dan lapangan kerja di Asia diproyeksikan meningkat lebih dari 65 juta per tahun dari tingkat dasar atau 3,9 persen dari pekerjaan dasar tahun 2020.

Pada kesempatan yang sama, ekonom senior Universitas Indonesia Chatib Basri mengingatkan mengenai kesenjangan digital di negara-negara Asia akibat keterbatasan akses kepada teknologi seperti komputer dan internet.

"Di Indonesia sendiri, percepatan adopsi teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology/ICT) menjadi salah satu program prioritas utama pemerintah," ujar mantan Menkeu itu.

Adapun pemerintah telah mulai berinvestasi lebih banyak pada pengembangan infrastruktur ICT, salah satunya alokasi anggaran untuk membangun base tranceiver station (BTS) di pelosok Indonesia, akses internet di area publik, dan menginisiasi pusat data digital nasional.

Baca juga: Wamenkeu: Pendapatan negara Mei 2021 tumbuh 9,3 persen
Baca juga: Indonesia dorong percepatan pemulihan ekonomi Asia Pasifik

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021