Jakarta (ANTARA) - Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB) mengatakan Vaksinasi Gotong Royong (VGR) berbayar untuk perorangan tidak akan mengganggu jalannya vaksinasi gratis program pemerintah.

"Vaksinasi yang diberikan oleh pemerintah secara gratis dan Vaksinasi Gotong Royong yang berbayar sesungguhnya tidak akan saling mengganggu karena kedua kegiatan ini menggunakan merek vaksin yang berbeda. Lain kasusnya apabila merek vaksinnya sama, maka hal ini jelas akan menyebabkan kegaduhan," kata Ketua Umum PDIB James Allan Rarung dalam pernyataan persnya di Jakarta, Rabu.

Vaksinasi Gotong Royong yang berbayar bagi individu untuk perluasan akses vaksin kepada masyarakat sehingga mempercepat pencapaian kekebalan kelompok.

Dengan demikian masyarakat akan memiliki opsi yang jelas, sehingga anggota masyarakat yang mau menggunakan Vaksin Gotong Royong berbayar itu akan siap dan rela untuk membayarnya. Adapun yang tidak mau, akan tetap mengikuti program vaksinasi gratis dari program pemerintah.

James menuturkan hal yang paling penting juga kenyamanan untuk mendapatkan vaksin gratis tidaklah boleh jauh berbeda dengan yang mau menggunakan vaksin berbayar.

"Janganlah sampai situasi antara yang mendapatkan vaksin gratis dan vaksin berbayar jauh berbeda, di mana ada situasi yang tidak nyaman, baik prosedur dan waktu antrean saat mengikuti vaksinasi gratis, namun saat mengikuti vaksinasi berbayar adalah sebaliknya. Hal ini sebaiknya janganlah terjadi," ujarnya.

Terlebih penting lagi adalah keamanan dan kepatuhan melaksanakan protokol kesehatan saat vaksinasi, baik antara yang gratis maupun yang berbayar haruslah sama.

"Akan selalu menjadi pekerjaan rumah yang selalu harus dilakukan adalah pembenahan. Jangan sampai justru terjadi penumpukan-penumpukan orang saat dilaksanakannya vaksinasi gratis. Hal ini harus terus dicegah dan dihindari," tuturnya.

Baca juga: ABJ: Semua langkah vaksinasi baik untuk menuju kekebalan kelompok

James mengatakan pilihan untuk menggunakan vaksinasi berbayar karena melihat kondisi kerja yang tidak terganggu, khusus misalnya di pabrik atau karyawan kantor atau oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan yang tinggi untuk membeli vaksin itu.

"Janganlah sampai pilihan ini oleh karena untuk menghindari vaksinasi gratis yang terkesan terjadi penumpukan orang dan waktu yang lama saat mengantre, sehingga hal ini justru berisiko tinggi tertular COVID-19. Sekali lagi, hal ini jangan sampai terjadi," ujarnya.

Dia mengusulkan target utama Vaksinasi Gotong Royong untuk melibatkan peran masyarakat yang lebih aktif dalam upaya akselerasi vaksinasi yang digiatkan saat ini, maka akan lebih baik jika harga vaksin berbayar itu diturunkan, sehingga akan lebih mudah lagi dijangkau oleh masyarakat dan terlebih khusus lagi supaya jangan ada kesan untuk mendapatkan untung yang besar.

Menurut James, jika semakin banyak masyarakat yang mampu membeli dan mengambil opsi menggunakan vaksinasi berbayar dikombinasikan dengan semakin banyak pula masyarakat yang mengikuti vaksinasi gratis oleh pemerintah, maka besar harapan capaian untuk kurang lebih 70 persen penduduk Indonesia telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 akan sesuai dengan target atau bahkan lebih cepat dari target yang ditetapkan pemerintah.

"Apabila semuanya terwujud, niscaya tidak akan lama lagi rakyat dan bangsa Indonesia mencapai kekebalan nasional terhadap virus COVID-19, sehingga terlepas dari pandemi saat ini dan kembali fokus untuk bekerja demi kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia," tuturnya.

Baca juga: Kelompok milenial dukung kehadiran vaksin gotong royong
Baca juga: Kemenkes tunggu petunjuk teknis Vaksinasi Gotong Royong

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021