tinggi gelombang hingga 2 meter lebih juga terjadi di perairan NTB lainnya, seperti Selat Alas bagian Selatan, Samudera Hindia Selatan dan Selat Sape bagian Selatan.
Jakarta (ANTARA) -
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyampaikan peringatan dini kepada masyarakat untuk mewaspadai tinggi gelombang hingga mencapai dua meter lebih di Selat Lombok bagian Utara dan Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
 
BMKG dalam laman resminya yang terpantau di Jakarta, Sabtu menyebutkan, selain perairan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, gelombang tinggi juga akan terjadi di perairan Indonesia lainnya, yakni Selat Malaka bagian Utara, Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh hingga Kepulauan Mentawai, Perairan P. Enggano - Bengkulu, Perairan Barat Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatera, Selat Sunda bagian Barat dan Selatan, Perairan selatan Jawa hingga P. Sumba.
 
Selat Sumba bagian Barat, Laut Sawu, Perairan selatan Pulau Sawu - Pulau Rotte - Kupang, Samuderara Hindia Selatan Jawa Barat hingga NTT, Laut Sulawesi, Perairan Utara dan Selatan Sulawesi Utara, Perairan Kep. Sitaro, Perairan Bitung - Likupang, Perairan Kepulauan Sangihe - Kepulauan Talaud, Laut Maluku.

Selain itu di Perairan utara Halmahera, Perairan Sorong, Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua, Laut Banda, Perairan selatan Kep. Babar - Kepulauan Tanimbar, Perairan selatan Kepulauan Kai - Kep. Aru, Laut Arafuru.

Tinggi gelombang laut atau perairan diprakirakan mencapai 2,5 meter hingga 4 meter.
Baca juga: Gelombang sangat tinggi berpeluang hadir di perairan selatan Jawa-NTB
Baca juga: Dinamika atmosfer tak stabil tingkatkan hujan Indonesia tengah-timur
 
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto dalam siaran persnya, Kamis (15/7) mengatakan, hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.
 
Kondisi itu, lanjut dia, diperkuat oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin di wilayah Indonesia.
 
Selain itu, terbentuknya belokan maupun pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dapat mengakibatkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
 
Berdasarkan analisis terhadap perkembangan dinamika atmosfer tersebut, kata Guswanto, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem dan curah hujan dengan intensitas sedang dan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah.
 
Antara lain, pada tanggal 16-18 Juli 2021 : Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Pada 19-21 Juli 2021 : Bengkulu, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
 
Pada 22-23 Juli 2021 : Maluku, Papua Barat, dan Papua.
 
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode sepekan ke depan (hujan secara sporadis, lebat, dan durasi singkat, disertai petir dan angin kencang, bahkan hujan es), yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.
Baca juga: Waspada potensi hujan lebat dan angin kencang di sejumlah provinsi
Baca juga: BMKG prakirakan seluruh wilayah Jakarta cerah berawan
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021