Pangkalpinang (ANTARA News) - Negara China berminat membeli logam tanah jarang (mineral ikutan pada biji timah) yang banyak terdapat di Provinsi Bangka Belitung (Babel).

"Logam tanah jarang merupakan mineral langka yang cukup diminati negara asing sebagai bahan baku untuk peralatan vital militer seperti alat pelacak dan peralatan perang lainnya," kata Direktur Utama PT Bumi Babel Sejahtera, Patris Lumumba di Pangkalpinang, Rabu.

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil survey badan geologi, potensi logam tanah jarang (LTJ) terbesar di Bangka Belitung yang memiliki nilai jual cukup tinggi dan China sanggup membeli puluhan juta per kilogram.

Menurut dia, logam tanah jarang ini merupakan mineral ikutan yang tergabung di dalamnya seperti monazite, xenotime dan zircon yang mengandung unsur radiokatif uranium dan torium.

Menurut dia, jika Menteri Perdagangan melegalkan ekspor tin slag (sisa hasil peleburan timah) dengan mengubah "nomor HS" yang dituangkan dalam Kepemendag Nomor 04 Tahun 2007 maka dikuatirkan ada indikasi penggelapan mineral ikutan yang selama ini dilarang ekspor.

"Logam tanah jarang di Babel juga merupakan bahan baku penting untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan kami akan melayangkan surat kepada Presiden RI untuk menolak melegalkan ekspor timah paduan dan tin slag," ujarnya.

Menurut dia, kadar timah yang tergandung di dalam tin slag tersebut hanya berkisar 20 persen sedangkan sisanya adalah mineral ikutan yang merupakan aset atau kekayaan daerah yang tidak boleh dijual atau diekspor.

"Tin slag I saja kadar timahnya hanya berkisar 15 hingga 20 persen, sedangkan tin slag II diperkirakan kadar timahnya hanya mencapai lima persen dan selebihnya adalah mineral ikutan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi," ujarnya.

Ia mengatakan, jika Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mewujudkan rencana untuk melegalkan ekspor timah paduan dan tin slag maka dikuatirkan ekspor yang dilakukan tidak murni pasir timah tetapi di dalamnya tergandung mineral ikutan.

"Mineral ikutan itu memiliki nilai ekonomi yang cukup strategis bagi daerah dan negara, nilai jualnya lebih tinggi dibanding pasir timah," ujarnya.

Ia meminta dibentuk badan pengawas verifikasi yang berhubungan dengan ekspor balok timah, hasil pencucian timah dan mineral ikutan peleburan timah.

"Selama ini belum ada petugas verifikasi khusus untuk masalah ekspor pasir timah, ini sangat penting untuk mengamankan aset negara yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi itu," ujarnya.

Pihaknya mendukung kebijakan pemerintah pusat untuk mengambil semua mineral ikutan hasil pencucian timah beserta hasil peleburan timah untuk diserahkan kepada negara melalui pemerintah daerah.

"Mineral ikutan itu adalah kekayaan alam yang memiliki nilai jual cukup tinggi, ini aset strategis negara yang paling berharga," katanya.  (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010