New York (ANTARA) - Dolar tergelincir pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve AS mengatakan pemulihan ekonomi berada di jalurnya meskipun ada peningkatan infeksi COVID-19 dalam pernyataan kebijakan yang optimis tetapi tidak menetapkan batas waktu tapering atau pengurangan pembelian aset Fed.

Sementara infeksi COVID-19 harian di AS telah meningkat empat kali lipat sejak pertemuan Fed terakhir pada Juni, bank sentral mengindikasikan masih memiliki keyakinan bahwa upaya vaksinasi yang sedang berlangsung akan "mengurangi dampak krisis kesehatan masyarakat terhadap ekonomi" dan memungkinkan pembukaan kembali yang kuat dilanjutkan.

Pembuat kebijakan Fed, dalam sebuah pernyataan dengan suara bulat, juga mengatakan mereka bergerak maju dengan diskusi tentang kapan harus mengurangi pembelian obligasi bulanan bank sentral 120 miliar dolar AS sebagai pendahulu untuk akhirnya menaikkan suku bunga.

"Pernyataan itu memberikan petunjuk pada percakapan seputar pengurangan pembelian aset skala besar, tetapi tidak berkomitmen untuk rencana masa depan selain terus menilai situasi," kata James Marple, ekonom senior di TD Economics.

"Kami memperkirakan diskusi yang lebih menarik pada pertemuan puncak Jackson Hole pada akhir Agustus dan rencana seputar tapering mungkin tercermin dalam pernyataan September ketika perkiraan ekonomi baru juga akan dirilis," tambah Marple.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya turun 0,149 persen pada 92,324, melemah setelah awalnya melonjak hingga 92,766 setelah pernyataan Fed dirilis.

Greenback telah reli selama sebulan terakhir, dengan indeks dolar naik sekitar 2,3 persen sejak pergeseran hawkish dari bank sentral AS dalam pertemuan Juni.

"Memasuki keputusan FOMC hari ini, pasar sedikit condong ke arah dolar yang hawkish dan saya pikir beberapa perubahan kecil, menurut pendapat saya, mendukung kecenderungan hawkish itu," kata Minh Trang, pedagang senior valas di Silicon Valley Bank.

Bahasa tentang COVID-19 dan pengaruhnya terhadap ekonomi "telah sedikit, sedikit melunak sedikit dari perspektif The Fed," tambah Trang.

Sementara itu, pound Inggris naik 0,15 persen pada 1,3904 dolar, bertahan di dekat tertinggi dua minggu, dengan analis menghubungkan penguatan tersebut dengan kasus COVID-19 di Inggris yang menurun selama tujuh hari terakhir.

Yuan China menarik diri dari posisi terendah tiga bulan yang dicapai pada Selasa (27/7/2021), ketika mengalami kerugian harian terbesar sejak Oktober, setelah pasar saham negara itu stabil setelah beberapa hari memar.

Namun, rebound yuan moderat, dan dolar Australia dan dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko keduanya melemah karena sentimen tetap rapuh.

Di pasar uang kripto, Bitcoin naik 2,3 persen pada 40.381,88 dolar AS, setelah menembus di atas 40,000 dolar AS dua hari lalu untuk pertama kalinya dalam waktu sekitar enam minggu, karena pasar mendapat kepercayaan dari komentar positif baru-baru ini tentang mata uang kripto dari investor kelas atas.
Baca juga: Rupiah menguat jelang pengumuman kebijakan bank sentral AS
Baca juga: Minyak menguat ditopang turunnya persediaan AS, Brent dekati 75 dolar
Baca juga: Emas menyusut 10 sen, investor pertimbangkan strategi kebijakan Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021