'Cupping test' merupakan tahapan yang sangat krusial sebelum biji kopi siap dipasarkan
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Inovasi alat cupping tes karya lima mahasiswa lintas fakultas Universitas Brawijaya (UB) meraih penghargaan di ajang International Conference on Green Agro-Industry and Bioeconomy (ICGAB).

Kelima mahasiswa tersebut, Arini Robbil Izzati Ulinnuha (FTP), Muhammad Alfin Bahtiar (FT), Afid Nauri Rahman (FTP), Ilham Rhamadan (FTP) dan Risqita Cahyaning Wulansari (FTP). Mereka di bawah bimbingan dosen FTP Zaqlul Iqbal, S.TP, M.Si.

"Cupping test merupakan tahapan yang sangat krusial sebelum biji kopi siap dipasarkan. Sayangnya tahap ini membutuhkan waktu yang lama dan hanya dapat dilakukan oleh panelis profesional, sedangkan jumlah panelis profesional di Indonesia masih sangat terbatas," kata anggota tim, Arini Robbil Izzati Ulinnuha dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Selasa.

Baca juga: Universitas Brawijaya dipercaya PAPTI tuan rumah ICoASHE 2021

Ia mengatakan alat yang mereka buat itu bisa membantu proses cupping test, sehingga dapat berlangsung lebih cepat dan dapat dilakukan oleh siapapun.

Instrument ini berbentuk cangkir yang unik, kompak, praktis, bersifat portabel yang diberi nama CREATOR (Coffee Grade Detector). "Alat ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan alat UV/Vis spektrometer, yaitu memanfaatkan nilai absorbansi dari panjang gelombang yang didapatkan untuk dianalisa menggunakan analisis multivariat. CREATOR ini menggunakan teknologi C12880MA MEMS sensor, " kata Arini.

Arini mengaku yang melatarbelakangi dibuatnya inovasi CREATOR tersebut, karena makin maraknya pertumbuhan sektor ekonomi, khususnya warung, kedai, dan café yang menjual minuman kopi.

Baca juga: IKA UB gandeng IDI targetkan vaksinasi 5.000 warga Jakarta

Keberadaan tempat kopian di Malang yang sudah sangat menjamur, katanya, memiliki ciri khas dan target pasar yang berbeda-beda. Bagi para pecinta kopi, setiap jenis kopi memiliki cita rasa yang unik dan sangat beragam.

Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya letak geografis kebun kopi serta perbedaan proses dan treatment pada saat pengolahan kopi.

Proses roasting atau penyangraian memiliki andil yang cukup besar agar bisa menghasilkan minuman kopi yang berkualitas.
"Tahap ini juga dapat mempengaruhi penilaian mutu kopi pada saat cupping test (teknik untuk mengevaluasi karakteristik yang berbeda dari biji kopi tertentu)," ujarnya.

Baca juga: Mahasiswa UB kembangkan bahan bakar dari limbah plastik

Sementara itu, dosen pembimbing kelima mahasiswa tersebut, Zaqlul Iqbal menerangkan instrumen ini sudah teruji dan memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan berbagai level roasting pada kopi.

"Kemampuan luar biasa pada instrumen ini masih akan terus dikembangkan dengan harapan suatu saat proses cupping test yang konvensional dapat diperbarui dengan teknologi modern yang lebih efisien ini,” kata Iqbal.

Baca juga: Vaksinasi gotong royong IKA Universitas Brawijaya sasar 300 orang

Riset ini dilakukan sejak Mei 2021 dan mendapatkan penghargaan sebagai “The Winner of Outstanding Paper, Dean Award” pada International Conference on Green Agro-Industry and Bioeconomy dengan judul “The Performance of C12880MA MEMS Sensor to Classify Roasting Level of Coffee Bean” yang dihelat pada awal Juli 2021.

CGAB merupakan even tahunan yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya sebagai salah satu branding dalam rangka memfasilitasi para peneliti dari dalam negeri maupun luar negeri untuk memaparkan hasil risetnya dan melakukan publikasi karya ilmiah melalui AFFSAE Journal dan IOP Conference Series.

Baca juga: Pemprov Jatim dorong produksi kopi olahan di tengah pandemi

Baca juga: Tim Pengabdian UMM angkat potensi kopi lokal Malang Selatan

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021