Jakarta (ANTARA) - Dirjen Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI Wikan Sakarinto mengatakan bahwa pendidikan vokasi memainkan peran yang sangat strategis khususnya dalam memenuhi kebutuhan akan SDM sesuai kualifikasi industri.

Melalui keterangannya pada Rabu, ia mengatakan, untuk membantu pendidikan vokasi memahami dan memenuhi kebutuhan tersebut, perlu adanya sinergi dengan industri agar terjadi link and match antar-kedua belah pihak, yaitu sekolah dan industri.

Baca juga: Kemenko PMK: Pendidikan vokasi paling terdampak pandemi COVID-19

Wikan berharap, Industri diharapkan ikut terlibat langsung dalam pengembangan kompetensi para calon tenaga kerja terampil melalui program-program alih pengetahuan dan teknologi seperti yang terwujud pada kegiatan pelatihan dan lokakarya pendidikan vokasi, salah satunya bersama Huawei Indonesia baru-baru ini untuk siapkan talenta digital.

"Harapannya, pelatihan di bidang TIK ini akan terus menjalar ke seluruh SMK-SMK lainnya di Indonesia. Untuk diketahui, kami mengelola 14 ribu SMK, 2 ribu kampus vokasi, 2 ribu politeknik dan universitas, serta institut vokasi di seluruh Indonesia. Kami berharap komitmen dan kontribusi Huawei Indonesia menjadi inspirasi bagi industri dan pengembang teknologi lainnya untuk turut serta terlibat dalam mewujudkan link and match antara dunia pendidikan dan industri," kata Wikan.

"Sinergi kedua belah pihak dalam bersama-sama meningkatkan kompetensi SDM akan menjadi investasi terbaik dan fundamental dalam membangun ekonomi digital Indonesia yang kuat dan unggul di masa depan," imbuhnya.

Wikan menambahkan, pelatihan yang diselenggarakan oleh industri yang memiliki reputasi besar memberikan keuntungan besar bagi SMK. Sebab, selain diajar oleh guru-guru, para siswa juga diajar oleh para ahli dari industri-industri ternama atau industri yang memiliki reputasi internasional.

Baca juga: Pemprov dan BPK Sulsel periksa kinerja vaksinasi

Ini juga selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo yang terus mendorong dan menyemangati seluruh ekosistem untuk terus berinovasi agar menjadi negara maju, dengan salah satunya melalui pengembangan pendidikan vokasi yang didukung oleh pelaku industri lewat kolaborasi-kolaborasi yang sinergis.

Sementara itu Agung Hardjono, Tenaga Ahli Utama Kedeputian Pembangunan Manusia, Kantor Staf Presiden mengatakan arahan Presiden sangat jelas menyikapi pesatnya perkembangan teknologi bahwa kita jangan menjadi smart digital user tapi harus mampu mencetak smart digital spesialis dan smart digitalpreneur yang andal dan mampu mengembangkan kewirausahaan yang membuka lapangan kerja di dalam negeri.

"Dalam evaluasi revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi baru-baru ini di bulan Agustus, Presiden mendorong munculnya lembaga-lembaga pelatihan kerja seperti antara lain programming atau coding melalui kerja sama antara Pemerintah dengan swasta, khususnya industri. Coding, 5G, Artificial Intelligence, Data Intelligence dan Internet of Things merupakan kompetensi yang harus dikuasai peserta pendidikan vokasi dan sekolah kejuruan sebagai calon SDM cakap digital yang siap berkontribusi mendukung keberhasilan industri besar, menengah dan kecil dalam berkiprah di era industri 4.0," kata Agung.

"Banyak keterampilan lama yang mungkin akan tidak relevan lagi dengan kebutuhan mendatang dan oleh karena itu perlu segera diantisipasi. Ini selaras dengan laporan “The Future Job” yang dirilis oleh World Economic Forum pada akhir 2020 lalu mengenai pekerjaan yang akan menjadi tren mulai 2025 yakni spesialis Big Data, spesialis Digital Marketing and Strategy, spesialis process automatization, spesialis Transformasi Digital, Analisa Keamanan Informasi serta spesialis Internet of Things.”


Baca juga: Era Industri 4.0, CIPS ingatkan tenaga kerja harus siap bersaing

Baca juga: Sekolah Vokasi IPB University ajarkan mahasiswa hasilkan E-book

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021