Laut China Selatan, termasuk Laut Natuna Utara sudah bertahun-tahun menjadi merupakan hot spot IUUF oleh negara anggota yang menyepakati RPOA, tapi tidak ada aksi nyata bersama di wilayah tersebut
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Destructive Fishing Watch (DFW) menyoroti keefektifan kerja sama regional dalam memberantas pencurian ikan yang termaktub dalam bentuk Regional Plan of Action to Combatting Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (RPOA IUUF).

Koordinator Nasional DFW Indonesia Moh Abdi Suhufan di Jakarta, Kamis, mengatakan sejauh ini belum ada aksi yang signifikan dan substantif membasmi IUUF di level regional.

"Laut China Selatan, termasuk Laut Natuna Utara sudah bertahun-tahun menjadi merupakan hot spot IUUF oleh negara anggota yang menyepakati RPOA, tapi tidak ada aksi nyata bersama di wilayah tersebut," kata Abdi.

Ia berpendapat  melihat luasnya ruang lingkup kerja sama dan kesepakatan RPOA IUUF, semestinya banyak masalah perikanan yang terjawab dengan hadirnya RPOA IUUF yang telah berjalan 14 tahun tersebut.

Baca juga: Aktif berantas pencurian ikan, KKP didukung mitra regional

Abdi mengingatkan kejahatan IUUF berkaitan erat dengan pelanggaran kerja paksa dan perdagangan orang serta pelanggaran HAM yang terjadi pada awak kapal perikanan.

Pada tahun 2020 DFW Indonesia menerima laporan beberapa ABK Indonesia yang kerja di kapal Chinak yang terindikasi melakukan kegiatan penangkapan ilegal.

"Kapal tersebut tidak mengaktifkan AIS dan mempekerjakan ABK Indonesia korban perdagangan orang berangkat dan naik kapal dari Singapura," kata Abdi.

Hal tersebut, lanjutnya, membuktikan bahwa luasnya dimensi kejahatan IUUF perlu di antisipasi dalam strategi dan pelaksanaan RPOA IUUF.

Selain itu Abdi juga mengungkapkan tentang kerawanan di Arafura dan Laut Timor yang melibatkan kapal ikan Indonesia. “Ironisnya pada subregional ini, kapal Indonesia menjadi pelaku IUU yang melakukan penangkapan ikan di wilayah Australia dan Papua Nugini,” kata Abdi.

Baca juga: Menteri Trenggono ajak negara regional berantas pencurian ikan

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021