Aku mau ikut lari dong. Menurutku, sekarang tren anak muda sudah peduli kesehatan
Jakarta (ANTARA) - Jurnalis sekaligus pendiri Narasi, Najwa Shihab, termasuk sosok yang peduli pada kesehatan khususnya dalam bidang olahraga seperti halnya anak-anak muda di Indonesia terutama di masa pandemi COVID-19.

Dia mengaku sudah rajin menggeluti olahraga lari bahkan sebelum pandemi. Bila dulu dia setiap pagi berlari di area stadion Gelora Bung Karno (GBK), sekarang dia memilih berlari di sekitar rumah.

"Aku kebetulan juga lagi hobi lari. Sebelum pandemi rajin setiap pagi tuh aku ke GBK. Sekarang lari-larinya di deket rumah atau di treadmill," kata dia dalam sebuah konferensi pers daring, Kamis.

Baca juga: Gerakan olahraga yang bisa dilakukan pasien isolasi mandiri COVID-19

Ketika diminta memilih antara lari dan bersepeda, Najwa langsung menjawab lari. Dia pun sudah mendaftarkan diri dalam ajang lari yang akan digelar Kementerian Kesehatan bersama perusahaan bidang kesehatan, "TOSS TBC Virtual Run & Ride" pada pertengahan Agustus ini.

"Aku mau ikut lari dong. Menurutku, sekarang tren anak muda sudah peduli kesehatan. Saat pandemi pun kita lihat anak-anak muda lari, sepedaan sudah ikut. Aku daftar beregu yang bertiga, 76 km," tutur Najwa.

Dia berpendapat, pandemi COVID-19 saat ini lebih membuat orang-orang jauh lebih peduli kesehatan, tetapi di sisi lain juga membuat mereka takut bertindak.

Menurut dia, informasi yang masuk kadang overload, kesulitan memilih dan memilah, bercampurnya berbagai gejala penyakit, dan hoaks yang bertebaran termasuk soal di-COVID-kan menjadi penyebab ketakutan ini.

Baca juga: Amankah orang dengan hipertensi berolahraga bulu tangkis?

Untuk itu, Najwa mengajak semua orang termasuk anak-anak muda bersama-sama membagikan informasi yang tepat. Hal ini berlaku juga untuk masalah kesehatan yang masih mendapat stigma seperti tuberkulosis atau TBC.

Tuberkulosis saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia. Kementerian Kesehatan memperkirakan penyakit menular ini mencapai 845.000 kasus pada tahun 2020. Dari angka ini, baru 357.199 kasus yang terlaporkan.

Koordinator Substansi Tuberkulosis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr. Tiffany Tiara Pakasi mengakui, ada kendala dalam penemuan hoaks, salah satunya karena stigma tuberkulosis sebagai penyakit yang identik dengan kaum miskin,

Berkaca dari hal ini, Najwa memandang penting keberhasilan kampanye mengedukasi masyarakat tentang tuberkulosis dan anak-anak muda berperan di sini.

"Saat ini saat problem TBC nyata, ini salah satu masalah krusial yang harus di-tackle. Saya percaya anak muda sebagai agen perubahan yang kerapkali berhasil menaklukkan berbagai tahapan penting negeri ini juga punya tanggung jawab besar untuk sama-sama memastikan kampanye ini berhasil dan orang-orang terdampak bisa betul-betul terbantukan," demikian kata Najwa.

Baca juga: Alasan penting anak 5-12 tahun wajib bergerak aktif

Baca juga: Tips antibosan berolahraga ala Nana Mirdad

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021