Opportunity loss atau hilangnya kesempatan karena banyak kapal yang melintas di sepanjang selat Sunda untuk mengisi MFO low sulphur ini akan mampu menyumbang triliunan untuk negara
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong implementasi layanan bunkering marine fuel oil (MFO) atau bahan bakar kapal di Selat Sunda menyusul besarnya peluang ekonomi yang bisa dioptimalkan dari layanan tersebut.

Untuk menegaskan komitmen Krakatau International Port (KIP) dan Patra Pertamina terkait kesepakatan kerja sama layanan tersebut pada Juli 2021 lalu, maka Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Dias Araujo melakukan kunjungan kerja ke Fuel Terminal Tanjung Gerem Pertamina di Cilegon, Banten, Jumat.

"Opportunity loss atau hilangnya kesempatan karena banyak kapal yang melintas di sepanjang selat Sunda untuk mengisi MFO low sulphur ini akan mampu menyumbang triliunan untuk negara," kata Basilio dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Basilio memperkirakan sekitar 173 miliar dolar AS opportunity loss dari jasa bunkering, penggantian kru, dan penyediaan logistik dari kapal-kapal yang melewati Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok bila tidak dimanfaatkan dengan baik.

Berdasarkan data tahun 2020, jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.068 kapal (dengan 150 kapal melintas per harinya), sedangkan di jalur Selat Malaka dan Selat Singapura berkisar 120.000 kapal (dengan 350 kapal melintas per harinya di Selat Malaka)

"Kita telah siapkan beberapa pelabuhan strategis di sepanjang selat-selat tersebut dengan bisnis MFO low sulphur ini," imbuhnya.

Pertamina Tanjung Gerem saat ini melayani lebih dari 1.500 kiloliter untuk MFO baik bagi kapal dan industri di Cilegon-Banten.

"Kami yakin, melalui pengembangan bisnis MFO low sulphur di berbagai pelabuhan strategis, ke depannya, Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik (untuk bunkering MFO low sulphur) dan berani bersaing dengan negara tetangga lainnya," tegas Deputi Basilio.

Melalui kerja sama bisnis bunkering MFO low sulphur ini, potensi ekonomi akan semakin meningkat dan kesiapan Kepelabuhanan Indonesia sebagai bagian dari rantai-pasok energi (energy security) khususnya penyediaan Bahan Bakar Kapal MFO Sulfur rendah 180 cSt (centistockes) bersama Pertamina Group dapat diandalkan.

MFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5 persen mass by mass (m/m) ini merupakan bahan bakar kapal yang sesuai dengan mandatori International Maritime Organization (IMO) mengenai bahan bakar kapal dengan kadar sulfur maksimal 0,5 persen wt yang berlaku mulai 1 Januari 2020.

Baca juga: Pertamina sediakan bbm ramah lingkungan kapal pesiar
Baca juga: Indonesia buka jasa layanan "bunkering marine fuel oil" di Selat Sunda
Baca juga: Pakar lingkungan sebut penggunaan BBM ramah lingkungan perbaiki iklim

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021