Jakarta (ANTARA) - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) tengah mengembangkan laman merajutindonesia.id yang bakal menjadi rujukan bagi pembelajaran dan sekaligus sebagai upaya melestarikan aksara Nusantara.

Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo mengatakan pada era digital sekarang ini pembelajaran aksara tidak hanya dilakukan melalui buku-buku atau media konvensional, namun sudah bertransformasi ke ranah digital.

"Salah satu program Merajut Indonesia adalah Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) yaitu memperkenalkan aksara nusantara di perangkat digital. Supaya masyarakat dapat mengetahui keragaman aksara dan langsung mencobanya di perangkat digital," kata Yudho, dalam pernyataan pers, dikutip Kamis.

Dalam program MIMDAN PANDI tengah mengembangkan satu aplikasi melalui website merajutindonesia.id yang akan diluncurkan pada 2 September 2021. Diharapkan laman MIMDAN bisa menjadi big data yang menjadi rujukan pembelajaran aksara Nusantara ke depan, katanya.

Baca juga: PANDI wakili Indonesia di pertemuan regional soal bahasa

Baca juga: PANDI bahas digitalisasi aksara Nusantara di forum ASEAN


Dalam pengelolaan dan pengembangan program MIMDAN, PANDI tidak bekerja sendirian, melainkan merangkul banyak pihak seperti lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, komunitas, media, dan pegiat aksara, untuk bersama-sama mengembangkan program ini.

Ada banyak kegiatan yang telah dilakukan sejak tahun 2020, mulai dari perlombaan pembuatan website menggunakan aksara Nusantara, diskusi atau webinar, hingga selebrasi digitalisasi aksara di beberapa daerah.

Fajar Yugaswara, staf PANDI yang mengawal proses pembuatan website merajutindonesia.id, mengatakan bahwa program MIMDAN akan terus bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat digital semisal aplikasi web, aplikasi telepon cerdas (smartphone), basis data, pengarsipan digital, dan sebagainya.

Sementara kegiatan lain yang dirumuskan MIMDAN antara lain pengumpulan referensi aksara Nusantara, pembuatan dan pengumpulan fonta (font), standardisasi aksara (SNI/ISO), pendaftaran aksara ke UNICODE, implementasi aksara dalam berbagai perangkat, pendaftaran ke ICANN (The Internet Corporation for Assigned Names and Numbers), serta kegiatan lain yang disesuaikan dengan perkembangan ke depan.

"Bulan ini MIMDAN meluncurkan website versi terbaru dengan konsep yang lebih visioner, terstruktur, memiliki basis data yang mudah dikembangkan, dan tentu saja dapat berjejaring dengan aplikasi lain. Ke depannya, web MIMDAN akan dikembangkan menjadi pusat data bahasa dan aksara Nusantara," terang Fajar.

Menurut Fajar, ada banyak fitur yang ditambahkan dalam website versi terbaru, selain pembaruan tampilan dan restrukturisasi menu. Selain fitur yang sudah umum dalam sebuah website seperti artikel, berita, dan testimoni, ada juga menu “Unicode Aksara Nusantara”.

Pada fitur ini, pengunjung dapat melihat sejarah aksara Nusantara dari masing-masing aksara. Demikian pula informasi digitalitasi aksara tersebut, misalnya status Unicode, font Unicode yang tersedia, pendaftaran ke Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan sebagainya.

"Keberadaan website merajutindonesia.id ini merupaka respons terhadap globalisasi dan modernisasi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri suatu masyarakat Indonesia. MIMDAN akan terus berupaya agar generasi berikutnya tetap bisa mengetahui aksara Nusantara melalui platform digital,” tambah Fajar.

Senada dengan PANDI, Dadan Sutisna selaku pemimpin redaksi merajutindonesia.id mengungkapkan bahwa aplikasi seperti ini sangat dibutuhkan masyarakat. Pada dasarnya, aksara-aksara di Nusantara memiliki banyak kemiripan sehingga memungkinkan untuk dirajut dalam satu aplikasi mandiri.

"Aplikasi ini dapat langsung digunakan tanpa harus memasang banyak fon. Nantinya pengguna bisa mencoba menulis dengan memilih salah satu aksara, kemudian mengalihkan ke dalam huruf Latin dan sebaliknya. Selain itu, ada juga fitur pengenalan karakter untuk masing-masing aksara," katanya.

Sampai saat ini baru ada beberapa aksara yang tercatat di Unicode, yaitu Bali, Sunda, Jawa, Lontaraq (Bugis), Batak dan Rejang (Surat Ulu). Kendala lainnya adalah masalah standardisasi untuk transliterasi dan papan ketik. Namun, atas upaya PANDI dan BSN, masalah ini akan teratasi dalam waktu dekat setelah beberapa aksara nusantara mendapat standar ISO.

Baca juga: PANDI resmikan Indonesia Anti-Phising Data Exchange

Baca juga: Kominfo sebut pentingnya tata kelola dan pelaksanaan domain

Baca juga: Indonesia ungguli Vietnam dalam penggunaan domain negara

Pewarta: Suryanto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021