Jakarta (ANTARA) - Riset terpadu South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS) yang diselenggarakan FrieslandCampina, induk perusahaan produk berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia, bekerjasama dengan lembaga dan universitas di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dimaksudkan untuk melengkapi studi kesehatan nasional.

Studi ini diyakini dapat melengkapi studi kesehatan nasional, seperti Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan membantu pemerintah daerah mengambil kebijakan dalam penanganan masalah malnutrisi di daerah masing-masing, kata Principal Investigator SEANUTS Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp. A (K), dalam siaran pers, dikutip Jumat.

"Kuesioner SEANUTS ini cukup detail ya, sehingga diharapkan dapat membantu orangtua memperbaiki pola makan anak dan pemilihan jenis makanannya," kata Rini.

Penelitian SEANUTS bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan menilai asupan makanan, antropometri, aktivitas fisik, dan parameter biokimia. Studi ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi anak-anak di Indonesia dan memberikan informasi mengenai asupan makanan anak, termasuk konsumsi protein hewani yang berkontribusi bagi tumbuh kembang anak.

​​​​Baca juga: Pakar sebut ada tiga masalah kesehatan pada anak saat pandemi COVID-19

Di Indonesia, SEANUTS dilakukan berkolaborasi dengan universitas dan melibatkan dokter anak, pakar gizi, kesehatan masyarakat, dan bidang olahraga. Persiapan studi dimulai pada September 2018. Field Coordinator SEANUTS DR. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi mengatakan tahap persiapan ini meliputi penyusunan proposal, kaji etik, adminstrasi dan perizinan yang cukup panjang birokrasinya, perekrutan tim, dan pelatihan serta workshop.

Pengumpulan data kemudian dimulai pada September 2019. Peneliti dibagi ke dalam tiga tim yang masing-masing dipimpin oleh seorang dokter dan anggotanya tiap tim terdiri dari tiga orang bidang bidang gizi, satu dari bidang olahraga, dan satu dari kesehatan masyarakat.

Tiap-tiap tim lalu terjun ke daerah dan pada akhir pengumpulan data tahun 2020 lalu, peneliti berhasil menjangkau sekitar 3 ribu anak di kawasan rural (pedesaan) maupun urban (perkotaan) dari 21 kabupaten/kota di Indonesia.

Salah satu hal baru pada studi SEANUTS adalah keterlibatan bidang olahraga untuk mengukur aktivitas fisik anak. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO mengatakan masalah gizi tidak bisa dilepaskan dari aktivitas fisik, keduanya harus seimbang.

“Untuk bisa melakukan aktivitas fisik dengan optimal butuh nutrisi yang bagus,” tutur dr. Listya.

Alhasil, SEANUTS berhasil mengumpulkan data yang cukup detail. Berfokus pada status gizi anak meliputi antropometri (tinggi badan dan berat badan untuk data stunting dan obesitas), komposisi lemak tubuh, ukuran tulang dan pertumbuhannya, aktivitas fisik, pola tidur, kualitas asupan protein, penilaian perkembangan anak, pemeriksaan metabolomic, profil lipid, asupan vitamin D dan paparan sinar matahari.

Selain itu, Advisor SEANUTS Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, mengatakan data-data yang berhasil dikumpulkan sangat berharga dan valid untuk menggambarkan masalah gizi di daerah-daerah yang sudah diteliti. Sehingga data ini bisa dijadikan referensi untuk penanggulangan masalah gizi pada konteks lokal.

Prof. Saptawati mengungkapkan masalah malutrisi di Indonesia harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Menurutnya, di tingkat pemerintahan daerah masih perlu didorong ke arah yang lebih baik supaya tiap-tiap daerah memiliki kebijakan penanganan malnutrisi yang lebih baik lagi.

“Studi ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan para pemangku kepentingan dalam mengambil kebijakan untuk mengentaskan kasus malnutrisi di Indonesia,” tutup Prof Saptawati.

Baca juga: Anak di bawah 2 tahun jangan diberi serat terlalu banyak

Baca juga: Anak wajib berolahraga 60 menit setiap hari

Baca juga: Olahraga elemen penting untuk karakter anak usia SD

Pewarta: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021