ikan-ikan yang mampu bertahan hidup di perairan yang tercemar limbah bauksit, dalam tubuhnya ada kandungan timbal
Tanjungpinang (ANTARA) - Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kota Tanjungpinang, Kepulaian Riau, Prof Agung Dhamar Syakti mengingatkan limbah bauksit di perairan Pulau Bintan dan Lingga berdampak buruk pada satwa laut, seperti ikan.

"Ada hasil penelitian mengungkapkan ikan-ikan yang mampu bertahan hidup di perairan yang tercemar limbah bauksit, dalam tubuhnya ada kandungan timbal," kata Agung di Tanjungpinang, Sabtu.

Ia mengungkapkan tidak semua ikan mampu bertahan di perairan yang tercemar limbah bauksit. Namun pencemaran limbah bauksit yang meluas sampai beberapa mil dari bibir pantai dapat mempengaruhi hewan laut, terutama yang mampu bertahan hidup di perairan tersebut.

Baca juga: Satgas tetapkan Batam dan Bintan Zona Kuning COVID-19

"Ikan tetap dapat dikonsumsi, meski sudah terkontaminasi timbal. Namun bagian perut ikan harus dibuang sebelum dimasak," ujarnya.

Agung menjelaskan timbal berada di perut ikan. Sementara pada hewan laut jenis siput, timbal maupun cacing berukuran mikro berada di bagian pencernaan, sehingga tidak disarankan untuk dikonsumsi.

Menurut dia, kebiasaan masyarakat membuang perut ikan sebelum dimasak merupakan cara yang higienis. Namun ada juga anggota masyarakat yang membakar ikan secara utuh (tidak membuang isi perutnya).

Baca juga: Kemenparekraf upayakan buka wisata Bintan dengan gelembung perjalanan

"Sebaiknya, isi perut ikan dibuang," imbaunya.

Limbah yang tidak menguntungkan bagi kesehatan masyarakat juga potensial berada di perut ikan teri, yang berukuran mini. Agung juga menyarankan agar isi perut ikan teri tidak dikonsumsi.

"Sebaiknya, perut ikan teri dibuang sebelum dikonsumsi. Saya melihat masyarakat juga tidak mengonsumsi ikan teri beserta perutnya. Itu cara yang benar sehingga tetap sehat," ucapnya.

Baca juga: BPN Kepri verifikasi lahan, proyek Jembatan Batam Bintan jalan terus

Menurut dia, konsumsi ikan di wilayah perairan Kepri, cukup tinggi sehingga banyak mahasiswa dan dosen tertarik menelitinya. Apalagi di Pulau Bintan terdapat aktivitas pertambangan bauksit sebelum tahun 2014.

Namun sebagian perairan yang berada di dekat pencucian bauksit maupun pelabuhan, tempat bersandarnya kapal pengangkut bauksit, masih terlihat tercemar limbah bauksit.

"Sebaiknya dibenahi agar ekosistem laut kembali normal," katanya.

Baca juga: Empat dari enam nelayan Bintan dilepaskan Pemerintah Malaysia

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021