Ia menemukan masih ada hal yang harus dievaluasi yakni siswa berkerumun untuk cuci tangan
Semarang (ANTARA) -
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengevaluasi antrean cuci tangan pada pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama di SMP Negeri 13, Kota Semarang, Senin.

Evaluasi tersebut dilakukan saat melakukan pemantauan pelaksanaan PTM hari pertama dengan bersepeda.

Gubernur dengan saksama melihat penerapan prokes saat pelaksanaan PTM di sekolah negeri itu, mulai dari siswa datang, pengecekan suhu tubuh, cuci tangan hingga masuk ke dalam kelas.

Saat melihat proses itu, ia menemukan masih ada hal yang harus dievaluasi yakni siswa berkerumun untuk cuci tangan.

"Ayo antre, jaga jarak ya. Jangan berkerumun. Pak yang seperti ini harus dievaluasi, kalau bisa tempat cuci tangannya ditambah, jaraknya diatur ya," katanya.

Gubernur juga masuk ke dalam sekolah untuk mengecek kondisi kelas yang ternyata ruangannya sudah ditata sesuai protokol kesehatan seperti meja siswa berjarak dan diberi sekat-sekat dari plastik.

"Ini bagus, jaraknya jauh dan ada sekatnya," katanya.

Ia meminta pihak sekolah memastikan pelaksanaan protokol kesehatan selama PTM yang dilakukan siswa sejak berangkat hingga pulang ke rumah.

"Anak-anak mesti dicek sejak awal, siapa yang ngantar dan pulangnya bagaimana. Saran saya yang mengantar adalah orang tuanya sehingga bisa menjamin mereka sehat. Itu yang penting," katanya.

Dari sisi protokol kesehatan, Gubernur melihat persiapan sekolah sudah bagus, hanya memang evaluasi saat anak-anak antre harus dilakukan.

"Anak-anak belum biasa mengantre, jadi kalau mau cuci tangan, mereka berebut di wastafel sehingga terjadi potensi kontak, maka saya minta dievaluasi, dibuatkan garis-garis dan diatur di setiap titik yang dipakai antre misalnya di tempat cuci tangan, masuk kelas dan lainnya," kata Ganjar Pranowo.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SMPN 13 Semarang Joko Winarno mengatakan PTM di sekolahnya digelar dengan protokol kesehatan ketat seperti siswa yang masuk dibatasi 50 persen dan jam belajar dibatasi hanya dua jam per hari.

"Setiap kelas itu maksimal 50 persen dari total rombongan belajar. Kalai satu rombel (rombongan belajar) itu ada 32 siswa, maka yang masuk sekolah hanya 16 siswa, sisanya tetap belajar dari rumah," katanya.

Dalam sehari siswa hanya akan belajar empat mata pelajaran dengan estimasi waktu maksimal 30 menit per mata pelajaran dan dalam seminggu pihaknya akan menggelar PTM selama empat hari, demikian Joko Winarno.

Baca juga: Ganjar wajibkan sekolah pelaksana PTM lapor tiap hari

Baca juga: PTM, pengobat rindu berangkat ke sekolah bagi pelajar

Baca juga: Sekolah tatap muka di Solo-Jateng bakal mulai 12 Juli 2021

Baca juga: Cegah klaster baru, simulasi PTM sekolah di Pati-Jateng dihentikan

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021