Jakarta (ANTARA) - Setelah absen 10 tahun dalam ajang kompetisi kuliner kelas internasional Bocuse D'Or, Indonesia akhirnya berhasil kembali menjadi finalis di 2021.

Chef Mandif Warokka dan commis-nya Chef Nugraha Luthfi bersama dua Chef pelatihnya mewakili Indonesia untuk bertarung dengan kontestan lainnya dari negara-negara lain.

Tidak hanya untuk mengasah kemampuan pribadi dari pesertanya saja, ajang ini menjadi cara Indonesia untuk menampilkan dan menguatkan eksistensi kuliner citarasa Nusantara yang khas dengan rempah-rempah ke mata dunia.

Keterlibatan Chef Mandif yang memiliki restoran Blanco Par Mandif di Bali dalam Bocuse D'Or juga turut didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Tentunya karena kegiatan yang bertaraf internasional ini bisa sejalan dengan visi pemerintah pusat ingin menguatkan akar kuliner Indonesia sejalan dengan misi "Spice Up the World".

Baca juga: Mencicipi se'i wagyu berbalut cita rasa pedas Nusantara

"Saat ini akses dari luar menuju Indonesia belum dibuka, tapi tentu kita ingin wisata dan kuliner Indonesia tetap menjadi top of mind di hati dan pikiran para wisatawan. Dengan keterlibatan Indonesia pada ajang kuliner internasional ini tentu ini bisa menjadi inspirasi dan menguatkan eksistensi kuliner kita di mata dunia," kata Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nia Niscaya dalam konferensi pers menunjukkan dukungannya pada tim Indonesia yang akan bertarung di ajang Bocuse D'Or baru- baru ini.

Tentunya dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kepada para juru masak yang akan mewakili Indonesia juga diharapkan bisa menstimulus industri kreatif kuliner Indonesia yang kini telah menjadi salah satu penyumbang lapangan pekerjaan yang cukup banyak di Tanah Air.

Dengan keterlibatan Indonesia di ajang kompetisi kuliner internasional tentunya bisa menciptakan rasa kebanggaan dan meningkatkan kualitas kuliner Nusantara khususnya dari para pelaku UMKM yang kini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.

Jika anda mengenal perhelatan Olimpiade untuk pertandingan olahraga kelas internasional, maka anda bisa memahami bahwa Bocuse D'Or memiliki tingkatan yang sama dengan kegiatan itu di industri kuliner.

Chef Mandif dan tim-nya diibaratkan sebagai atlet yang siap bertanding mengharumkan nama bangsa di kancah mancanegara untuk cabang olahraga memasak.

Baca juga: Kemenparekraf dukung gelaran Festival Kuliner Nusantara Lampung

Kualifikasi untuk ajang masak ini memiliki standar yang tinggi dan tidak main-main.

Penilaian yang dilakukan tidak hanya dari cita rasa makanan yang disajikan tapi mulai dari kebersihan dapur dari awal memasak hingga proses masak selesai.

Tak tertinggal dari segi pengelolaan bahan makanan yang diharapkan tidak menyisakan banyak limbah atau dikenal dengan food waste. Sampah yang dihasilkan di dapur pun akan ditimbang untuk melihat seberapa banyak limbah makanan sisa yang tersisa dalam proses memasak.

Faktor rasa tidak hanya menjadi yang utama, tapi juga faktor lingkungan yang berkelanjutan ikut diuji dalam kompetisi ini.

Chef Mandif mengaku ia merasakan tekanan yang cukup berat karena memikul tanggung jawab yang besar.

Meski sudah berpengalaman selama puluhan tahun di dapur menghadirkan makanan berkelas tinggi, dirinya tetap merasakan ada tekanan karena harus mewakili Tanah Air tercintanya berkompetisi dengan juru masak yang ahli dari berbagai negara maju seperti Jepang hingga Prancis.

Namun ia yakin dengan latihan yang intensif dan keras dari kedua pelatihnya serta dukungan yang baik dari Chef Commis pendampingnya, Indonesia bisa berpeluang meraih kemenangan terutama dengan kekuatan kunci berupa rempah-rempah sebagai senjata rahasianya.

Baca juga: Gabungan cita rasa Nusantara dalam sepiring Nasi Bogana

Tantangan

Perlu diakui, tidak sedikit pengorbanan yang dikeluarkan Chef Mandif untuk bisa berkompetisi di ajang yang akan berlangsung di Lyons, Prancis itu.

Belum banyaknya masyarakat awam yang mengenal Bocuse D'Or menjadi salah satu tantangan yang dihadapi untuk mendapatkan pendanaan maupun bantuan dari para sponsor.

Beruntung pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ikut mendukung acara ini sehingga tim Indonesia bisa melaju ke ajang kuliner yang berasal dari Prancis itu.

Butuh waktu yang panjang hingga akhirnya Indonesia bisa masuk sebagai finalis di ajang Bocuse D'Or tingkat dunia.

Mereka harus menyingkirkan pesaingnya di tingkat regional Asia Pasifik, dan mereka berhasil.

Persiapan dilakukan Chef Mandif dan timnya selama setengah tahun lamanya hingga akhirnya saat ini ia tinggal menghitung hari untuk kembali bertarung melawan chef-chef berpengalaman lainnya dari benua Eropa, Amerika, hingga Afrika.

Normalnya dalam perhelatan yang dilakukan setiap dua tahun sekali itu, ada dua resep masakan menu fine dining yang harus disajikan dengan waktu masak yang sudah ditentukan oleh panitia.

Baca juga: Pasar Indonesia populerkan kuliner Nusantara di Afrika Selatan

Namun khusus 2021, terjadi penyesuaian karena masih berlangsungnya situasi pandemi COVID-19.

Salah satu menu untuk perhelatan Bocuse D'Or 2021 diubah menjadi menu makanan yang bertema take away atau pesan antar.

"Ini juga menjadi tantangan baru ya tidak hanya bagi saya namun juga tim lainnya. Karena kita dituntunt untuk menjaga cita rasa yang enak tapi bisa menjaga visual tetap menarik, dan makanan tetap terasa hangat," kata Chef Mandif saat membagikan persiapannya untuk melaju di babak final Bocuse D'Or 2021.

Maka dari itu dalam persiapannya ke babak final Bocuse D'Or kali ini, tidak perlu heran jika Chef Mandif sampai ikut terlibat harus merancang dan mendesain tempat khusus untuk makanan bertema pesan antar.

Ia bahkan menceritakan harus berkoordinasi dengan perajin perhiasan untuk mewujudkan bentuk desain yang diciptakannya agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
 
Persiapan latihan Chef Mandif Warroka (kanan), bersama Chef Commis Nugraha Luthfi (tengah), serta Chef Chris Salans untuk babak final Bocuse D'Or 2021. (instagram @bocusedorina)

Dalam segi memasak pun ia harus secara betul mengasah teknik memasak mulai dari menyiapkan bahan hingga menyajikan masakannya lewat latihan- latihan yang terhitung kurang dari dua pekan ke depan sehingga ia bisa menggunakan bahan semaksimal mungkin serta bisa efisien.

Di bawah asuhan Chef Chris Alans pemilik restoran Mozaic di Bali serta Chef Gilles Marx yang merupakan President of Bocuse D'Or Indonesia, Chef Mandif bersama Chef Lutfi diasah dan ditempa agar bisa mendapatkan formula dan koordinasi yang baik untuk menyajikan kuliner yang menggambarkan Indonesia lewat rempah- rempah yang dibubuhkan di bahan utama yang sudah ditentukan.

Karena sudah 10 tahun absen dari ajang kuliner kelas internasional ini, tentu pengalaman Chef Mandif di 2021 ini menjadi pembelajaran yang sangat bermanfaat untuk penerusnya ke depannya.

Baca juga: Festival Soto Nusantara daring hadir di Blibli

Hal itu disebutkan oleh Chef Gilles Marx yang menjadi pelatih untuk finalis Indonesia tahun ini dan sudah berkecimpung mewakili Indonesia lebih dari 10 tahun untuk terus terhubung dengan Bocuse D'Or.

"Kompetisi itu menghadirkan pengalaman ya. Kita mendapatkan pengetahuan baru. Kita belajar bagaimana kita harusnya bekerja, kita dapat ilmu baru dari kita bertemu orang lain, bertemu tim lain. Kita bisa belajar bagaimana mereka bekerja atau mereka berkompetisi. Itu yang akhirnya juga membawa kita bisa menghasilkan tim yang baik untuk siap berkompetisi ke depannya," kata Chef Gilles yang juga nanti akan ikut menjadi juri untuk mengetes citarasa dari pada peserta Bocuse D'Or.

Kekuatan

Pelatih lainnya yaitu Chef Chris Salans menunjukkan keyakinannya pada tim Indonesia untuk menampilkan citarasa yang khas ala Nusantara di perhelatan internasional itu.

Baginya rempah-rempah yang melimpah di Indonesia yang jarang ditemukan di negara-negara, menjadi senjata yang bisa membawa Indonesia berpeluang menjadi pemenang dalam Bocuse D'Or.

Meski kerap kali rempah-rempah ini sering diremehkan oleh masyarakat lokal, rupanya bahan- bahan makanan Indonesia di mata dunia memiliki spektrum rasa yang unik dan sulit ditemukan di negara lainnya.

Baca juga: Menepi sejenak dari Jakarta, nikmati hidangan Nusantara

"Bagi masyarakat Indonesia, rasa dan juga bahan-bahan makanan yang kalian temui di Indonesia mungkin membosankan. Tapi mereka itu luar biasa rasanya untuk orang- orang di dunia. Bahan- bahan ini bahkan diibaratkan seperti emas. Kalian tahu itu? Serius, maka dari itu kita perlu semakin menyadarkan dunia yang belum mengenal masakan Indonesia untuk mengenal citarasa Indonesia dan lewat ajang ini kita bisa menunjukkan itu," kata Chris dengan bangga menjelaskan makanan khas Indonesia.

Chef Mandif pun yang akan menjadi peserta yang berkompetisi di ajang yang akan berlangsung pada 26 September itu juga berpendapat hal yang sama.

Meski nantinya harus mengelola bahan yang tidak terlalu sering digunakan di Indonesia, ia akan menghadirkan citarasa yang menggambarkan masakan nusantara dan bisa memikat hati para juri lewat rempah-rempah khas Indonesia yang masih dirahasiakan.

Sehingga tepatlah rasanya jika lewat acara ini, visi Pemerintah Indonesia melalui agenda "Spice Up the World" dan mengenalkan citarasa kuliner Indonesia bisa tersampaikan ke mata dunia lewat keterlibatan Chef Mandif dalam Bocuse D'Or.

Semoga tidak hanya mendapatkan sorotan untuk menguatkan eksistensi, tapi juga finalis Indonesia di ajang kuliner internasional itu bisa menyabet kemenangan dan membawa citarasa Nusantara semakin mendunia.

Baca juga: Kuliner nusantara diharap kian mendunia lewat Bocuse D'Or 2021

Baca juga: BPOM dorong UMKM kuliner nusantara masuk pasar mancanegara

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021