Jejak sejarah terkait rempah tersebut cukup banyak terdokumentasikan oleh Perpusnas
Jakarta (ANTARA) - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mendorong penguatan perpustakaan di negara-negara Jalur Sutera sebagai jalan penyebaran ilmu pengetahuan dunia.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, Syarif menjelaskan, Indonesia merupakan wilayah penghasil rempah-rempah yang memasok pasar di seluruh dunia dengan komoditas di antaranya cengkeh, lada, jahe, kayu manis, dan pala.

Oleh karena itu, katanya, rute perdagangan maritim atau jalur laut dikenal juga sebagai Jalur Rempah. Sedangkan rute perdagangan melalui jalur darat disebut sebagai Jalur Sutera.

“Pada masa itu, rempah-rempah menjadi produk penting terutama di bagian Eropa untuk masakan dan mengawetkan daging di musim dingin. Daya tarik rempah memicu bangsa Eropa berlayar menemukan pulau rempah,” kata Syarif.

Jejak sejarah terkait rempah tersebut cukup banyak terdokumentasikan oleh Perpusnas. Koleksi dengan tema tersebut, di antaranya tujuh gambar/foto, 13 artikel majalah langka, empat surat kabar internasional langka, dan 232 judul buku.

Selain itu, Perpusnas juga telah mendokumentasikan koleksi masa lampau yang dapat diakses secara daring melalui situs web Khastara. Situs web itu berisi koleksi naskah kuno, buku langka, peta, foto, gambar, lukisan, majalah, dan surat kabar langka.

Baca juga: UI-Kemendikbud-UNUSIA gelar simposium internasional bahas jalur rempah
Baca juga: Sejarawan: Jalur rempah perlu dijadikan sebagai subjek sejarah


Senada dengan itu, Wakil Kepala Perpustakaan Nasional Tiongkok (NLC) Chen Ying juga  mendorong penguatan perpustakaan di negara yang termasuk di dalam Jalur Sutera.

"Pengembangan aliansi perpustakaan negara-negara Jalur Sutera dapat dilakukan dengan tiga upaya,” ujar Chen Ying.

Langkah pertama yakni mengoptimalkan mekanisme yang ada dan memperkuat konsensus. Hal ini dilakukan dengan memperbanyak instansi yang berkontribusi pada perkembangan SRILA, membentuk wadah untuk pertukaran profesional antaranggota aliansi, dan memperbanyak kesempatan pertemuan tatap muka antara anggota aliansi.

“Kedua, memperkuat citra asosiasi dan mempromosikan kerja sama seperti membentuk perpustakaan digital jalur sutera dengan mekanisme, data disediakan oleh anggota aliansi dan diolah metadatanya oleh NLC. Selain itu, penyelenggaraan seminar untuk pustakawan, kerja sama pengembangan sumber literatur terkait jalur sutera, dan pameran terkait literatur Jalur Sutera,” tambah dia.

Ketiga, upaya yang dapat dilakukan dengan memperkuat kerja sama di bidang digital dan mempromosikan transformasi. Chen mengutip pesan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang menyatakan bahwa negaranya harus mengembangkan dan memperkuat kerja sama dalam bidang ekonomi digital, kecerdasan buatan, nanoteknologi, komputer kuantum, dan mempromosikan pengembangan big data, cloud computing dan kota pintar , serta membangun Jalur Sutera digital pada abad ke-21.

Oleh karena itu, pada awal 2020, pemerintah Tiongkok mendukung NLC untuk membentuk sistem pintar perpustakaan nasional yang terdiri dari 30 perpustakaan berskala besar dan sedang di negara tersebut.

Baca juga: Perpustakaan tidak hanya koleksi buku, tapi harus transfer pengetahuan
Baca juga: Perpustakaan Nasional berencana bangun gedung perpustakaan Mandalika
Baca juga: Mendorong literasi budaya baca melalui digitalisasi perpustakaan

Pewarta: Indriani
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2021