lulusan SMK harus benar-benar mampu memenuhi konsep "link and match" antara sekolah dengan industri.
Solo (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI mendorong sekolah mengoptimalkan "teaching factory" atau konsep pembelajaran berbasis industri di kalangan sekolah menengah kejuruan (SMK).

"Kami menunggu 'teaching factory' yang lebih 'link and match'. Bagaimana menggerakkan ekosistem kreatif sehingga bisa menghasilkan produk unggulan bangsa," kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Wikan Sakarinto pada kunjungannya ke SMKN 2 Surakarta, Kamis.

Menurut dia, lulusan SMK harus benar-benar mampu memenuhi konsep "link and match" antara sekolah dengan industri.

"Menjadi lucu kalau 60 persen lulusan dari pendidikan vokasi yang terbiasa dengan praktik tetapi 'nggak' cocok dengan dunia industri. Apalagi sekarang kan globalisasi berjalan cepat sehingga ini menjadi 'concern' semua pihak," katanya.

Pada kesempatan tersebut, ia juga meninjau langsung laboratorium multimedia yang ada di dalam kawasan SMKN 2 Surakarta. Ia mengatakan memadainya sisi infrastruktur harus diimbangi dengan faktor sumber daya manusia (SDM).
Baca juga: Kemendikbudristek latih kepala sekolah menjadi CEO
Baca juga: Pakar UGM usul sinergi vokasi dalam pengembangan industri PLTS


"Faktor SDM penting karena untuk mau memahami kebutuhan industri, mulai dari berinovasi, 'teaching factory', 'link and match', pemagangan, ini juga tergantung dengan karakter kepala SMK dan guru. Pembelajaran berbasis 'project', 'softskill', dan karakter," katanya.

Menurut dia, fasilitas pendidikan tersebut juga akan meningkatkan jiwa kewirausahaan lulusan SMK.

"Kita tunggu munculnya 'startup' baru dari ini. Bidang TIK kan terus berkembang, di masa pandemi serapan terhadap tenaga untuk programer, animator, multimedia spesialis masih tinggi," katanya.

Ia juga mengapresiasi dukungan dari Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka terkait perkembangan pendidikan berbasis vokasi.

"Dukungan dari mas wali luar biasa. Beliau 'nggak' nyaman kalau lulusan SMK 'nggak' kerja atau 'nggak' mampu wirausaha," katanya.

Sementara itu, Gibran juga mengapresiasi berdirinya ruang laboratorium multimedia yang merupakan bantuan bakti sosial dari perusahaan Sinarmas dan Astra.

"Ini butuh sentuhan dari industri, terima kasih atas bantuannya untuk pendidikan di Kota Solo. Harapannya SMK-SMK lain disentuh juga. Kami tidak ingin SMK jadi pabrik pencetak pengangguran," katanya.
Baca juga: Ditjen Diksi tingkatkan kompetensi guru vokasi melalui upskilling
Baca juga: Belasan SMK ikuti program "Teaching Factory"
Baca juga: Polbangtan terapkan pembelajaran "teaching factory"

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021