Jakarta (ANTARA) - Pemain kualifikasi Inggris berusia 18 tahun Emma Raducanu dan petenis Kanada berusia 19 tahun Leylah Fernandez akan bertemu dalam laga final Grand Slam yang bersejarah di US Open, setelah memenangi pertandingan semifinal mereka pada Kamis waktu setempat atau Jumat WIB.

Raducanu menjadi petenis kualifikasi pertama yang mencapai final Grand Slam, sekaligus finalis Slam termuda dalam 17 tahun, dengan menyingkirkan unggulan ke-17 asal Yunani Maria Sakkari 6-1, 6-4.

"Saya berada di final, dan saya benar-benar tidak percaya," kata Raducanu dikutip dari AFP, Jumat.

Sementara Fernandez, pemain kidal peringkat ke-73, mengalahkan unggulan kedua Aryna Sabalenka dari Belarus 7-6 (7/3), 4-6, 6-4 untuk kemenangan ketiganya di turnamen Open atas rival lima besar, dan merupakan suatu prestasi yang tidak terlihat di Slam sejak Serena Williams di Wimbledon pada 2012.

"Sekarang saya dapat mengatakan bahwa saya telah melakukan pekerjaan yang cukup baik untuk mencapai impian saya," ujar Fernandez.

Dua remaja tersebut akan bertemu pada Sabtu waktu setempat atau Minggu WIB di Stadion Arthur Ashe, di mana salah satu dari mereka akan mengklaim gelar Grand Slam pertama mereka.

"Apakah ada harapan?" kata Raducanu. "Saya seorang pemain kualifikasi, jadi secara teknis di atas kertas tidak ada tekanan pada saya."

Baca juga: Para petenis remaja berbakat incar tempat di semifinal US Open 

Ini adalah final Slam pertama antara remaja sejak Williams yang berusia 17 tahun mengalahkan Martina Hingis yang berusia 18 tahun di US Open 1999, dan final Slam remaja kedelapan di era Open (sejak 1968).

"Saya hanya ingin bermain di final," kata Fernandez. "Saya akan menikmati kemenangan saya dan mengkhawatirkannya besok."

Raducanu merupakan finalis Slam termuda sejak Maria Sharapova yang berusia 17 tahun menang di Wimbledon pada 2004.

Dia menjadi perempuan kedua yang berperingkat di luar 100 besar, yang mencapai final US Open setelah Kim Clijsters yang tidak berperingkat keluar dari masa pensiunnya dan memenangi US Open 2009.

"Hari ini saya tidak memikirkan orang lain kecuali diri saya sendiri," kata Raducanu.

Raducanu berusaha menjadi perempuan Inggris pertama yang memenangi gelar Grand Slam sejak Virginia Wade di Wimbledon pada 1977 dan perempuan Inggris pertama yang memenangi US Open sejak Wade pada 1968.

Wade dan legenda Inggris Tim Henman menonton pertandingan Raducanu menuju final.

"Tim adalah inspirasi besar," kata Raducanu. "Dia telah membantu saya, memberi tahu saya untuk mengambil satu poin pada satu waktu."

Baca juga: Kandaskan Rogers, Emma Raducanu lanjutkan mimpi US Open 

Fernandez, yang genap berusia 19 tahun, Senin, sebelumnya telah menyingkirkan juara bertahan Naomi Osaka dan unggulan kelima Elina Svitolina sebelum Sabalenka (23) menjadi korban ketiganya yang berperingkat lima besar.

"Saya memiliki peluang, tetapi saya tidak menggunakannya di momen-momen penting," kata Sabalenka. "Saya tidak bermain bagus. Dia (Fernandez) pantas mendapatkan kemenangan ini."

Raducanu bisa menjadi juara US Open pertama yang tidak kehilangan satu set pun sejak Serena Williams pada 2014.

Raducanu menyelamatkan tiga break point pada servis gim pembukaannya, kemudian melakukan break untuk memimpin 2-0. Sakkari melakukan kesalahan ganda untuk membuat remaja itu unggul 4-0 dan dia merebut set pertama dalam 36 menit, dibantu oleh 17 kesalahan sendiri yang dilakukan Sakkari.

Sebuah pukulan forehand Sakkari yang salah pada gim ketiga set kedua memberi Raducanu satu-satunya break yang dia butuhkan saat dia melaju pada menit ke-84 melalui pukulan overhead.

"Saya memainkan beberapa pertandingan tenis terbaik saya hingga saat ini," kata Raducanu.

"Saya tahu saya harus menjadi super agresif, dan saya sangat senang dengan kinerja hari ini," tambahnya. 

Baca juga: Naomi Osaka kebanjiran dukungan setelah umumkan rehat dari tenis 
Baca juga: Naomi Osaka berencana rehat dari tenis setelah kalah di US Open 

 

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021