Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si, Psikilog mengatakan tidak semua orang yang melakukan tindakan bunuh diri memiliki ciri khusus, oleh karenanya masyarakat diharapkan peka dengan keadaan sekitar agar dapat melakukan pencegahan.

Lulusan fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada ini mengatakan sangat penting untuk mengamati sikap dan perilaku seseorang yang sedang mengalami depresi atau masalah kesehatan jiwa lainnya. Meski tidak memiliki tanda khusus, biasanya ada kata-kata atau pesan yang disampaikan secara tersirat.

Baca juga: Psikolog: Depresi tidak selalu tampak murung

"Bisa dari kata-katanya, pesan-pesannya, mungkin untuk sebagian orang bisa terlihat dari penampilan yang tidak bersemangat. Tapi tidak selaku seperti itu, tapi dari sikap dan perilaku, keluhan-keluhannya perlu kita perhatikan," ujar Dr. Gamayanti dalam diskusi virtual "Hari Pencegahan Bunuh Diri" pada Sabtu (11/9).

Menurut Dr. Gamayanti, saat seseorang menunjukkan sikap adanya keinginan untuk bunuh diri, maka harus direspon dengan serius. Sebab, bantuan dari orang terdekat dapat berguna untuk pencegahan.

"Ada tanda-tanda memang tapi tidak berarti orang itu pasti mau bunuh diri. Namun perlu bahkan harus direspon dengan serius, sekecil apapun tanda itu perlu dan harus direspon dengan serius," kata Dr. Gamayanti.

Dr. Gamayanti mengatakan rata-rata orang yang melalukan bunuh diri selalu merasa kesepian, tidak berguna, lelah dengan kehidupan, putus asa, tidak ada yang dukung atau peduli, merasa dijauhi dan tertekan.

Oleh karenanya, seseorang yang mengalami gangguan psikologis butuh teman untuk diajak bicara, yang mau mendengarkan tanpa menghakimi dan menenangkan.

"Cara kita melakukan pencegahannya dengan mengajaknya berbicara, mendengarkan, ditenangkan dan pelan-pelan diajak untuk menguraikan masalahnya," ujar Dr. Gamayanti.

Sementara itu, Dr. Gamayanti menyebutkan seseorang yang berisiko melakukan tindakan bunuh diri adalah individu yang mengalami masalah psikologis berat atau gangguan jiwa (depresi) karena ada predisposisi kerentanan, memiliki masalah hubungan awal yang tidak harmonis, mengalami kekerasan, perundungan, trauma atau diskriminasi, mengalami tekanan hidup berat, minim dukungan sosial, adanya anggota keluarga yang bunuh diri serta mudah mendapatkan alat bunuh diri.


Baca juga: Akibat tidak PD, korbankan diri sendiri untuk kesenangan orang lain

Baca juga: Sering cek gejala gangguan mental di Internet justru bikin panik

Baca juga: Psikolog ingatkan bahaya "self-diagnosis"

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021