Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Perubahan Perilaku dr. Reisa Broto Asmoro mengajak masyarakat untuk lebih mewaspadai terjadinya mutasi varian baru dari virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

“Yang perlu diketahui juga bahwa mutasi virus itu bereplikasi. Sehingga semakin banyak virus berkembang biak, berpindah inang, maka makin besar kemungkinan dia bermutasi,” kata Reisa dalam “Siaran Sehat Kesiapsiagaan Hadapi Varian Baru” yang terpantau daring di Jakarta, Senin.

Reisa mengatakan mutasi virus tersebut merupakan bentuk alamiah dari sebuah virus yang sedang menyesuaikan diri dan ingin bertahan hidup.

Baca juga: Kemenkes sebut dari 5.835 hasil sekuensing belum ditemukan varian Mu

Lebih lanjut dia menjelaskan dalam penyesuaian itu, tidak semua efek mutasi pada suatu virus berbahaya. Proses mutasi dapat membuat virus itu sendiri hancur atau bertahan dan memiliki daya serap yang lebih hebat.

Ia memberikan contoh virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab COVID-19, merupakan variasi dari berbagai seri mutasi dari virus SARS-CoV-1 yang menyebabkan terjadinya wabah SARS di tahun 2002 di sejumlah negara seperti Hongkong, Singapura, dan Taiwan.

“Jadi memang mutasi ini sebagai cara makhluk hidup berevolusi pasti terjadi. Tugas kita adalah mempelajari, memantau dan memahami supaya mutasi ini terantisipasi. Jadi kita punya langkah antisipasi dan perlindungan yang tepat,” kata Reisa menjelaskan pentingnya mengantisipasi terjadinya mutasi pada suatu virus.

Ia menegaskan walaupun COVID-19 telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) termasuk dalam kategori Variant of Interest (VOI), seluruh pihak perlu mewaspadai apabila tercipta varian baru akibat mutasi dari virus SARS-CoV-2 yang dapat masuk ke dalam kategori Variant of Concern (VOC).

Reisa meminta seluruh pihak bekerja sama untuk dapat mengurangi mobilitas masyarakat supaya dapat mencegah terjadinya mutasi virus pada COVID-19.

“Kita dapat sangat berperan untuk mencegah terjadinya mutasi virus ini dengan cara mengurangi mobilitas masyarakat. Perpindahan yang tinggi antara wilayah bahkan mobilitas masyarakat antar negara ini bisa menjadi faktor penyebab mutasi,” kata dia.

Baca juga: mu jadi varian baru virus corona yang mungkin kebal vaksin

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah terus melakukan berbagai upaya pencegahan sebagai bentuk antisipasi bila mutasi varian baru seperti varian Mu ditemukan di Indonesia.

“Yang menjadi kewaspadaan kita, walaupun sebenarnya varian yang beredar saat ini di Indonesia adalah sebagian besar sebanyak 98 persen itu varian Delta, tapi kita tentunya akan mewaspadai adanya informasi varian Mu ini yang digolongkan sebagai variant of interest,” kata Nadia.

Ia menjelaskan pemerintah terus memastikan bahwa pelaku perjalanan yang berasal dari luar negeri tidak membawa varian Mu ataupun jenis varian lainnya ke dalam Tanah Air.

Nadia juga mengatakan saat ini pemerintah terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan pengetatan, pembinaan, pengawasan dan skrining di pintu-pintu masuk Indonesia untuk memantau varian baru termasuk bila ada varian lokal.

Hal tersebut dilakukan karena makin banyak orang yang melakukan perjalanan dari sebuah negara ke negara lain, baik datang ke suatu negara maupun hanya melakukan transit untuk berpindah ke negara lain.

“Kita memperkuat skrining dan pengawasan. Kita (melakukan skrining) di pintu-pintu masuk negara untuk mengantisipasi terjadinya masuknya kasus Mu ini ke Indonesia,” ujar dia.

Baca juga: Satgas: Virus memperbanyak diri pada inang hidup di tubuh manusia
Baca juga: Ahli: mutasi virus corona dipengaruhi kondisi manusia
Baca juga: Pakar analisa temuan 26 mutasi varian baru COVID-19 di Indonesia


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021