Jakarta (ANTARA News) -  Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, sebagai salah satu lembaga yang turut mempopulerkan quick count (hitung cepat), berhasil mengukir rekor yang sulit dipecahkan oleh lembaga penyelenggara quick count lain.

Sunarto, direktur Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP-LSI Network) mengemukakan hal itu dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan, kiprah LSI Denny JA ini pun mendapat sejumlah penghargaan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk quick count, yaitu LSI Denny JA mendapat rekor MURI untuk quick count akurat secara berturut-turut dengan jumlah terbanyak 100 kali.

"MURI juga menganugerahkan LSI Denny JA dengan rekor quick count akurat yang diumumkan tercepat (satu jam setelah TPS ditutup)," katanya.

Sunarto juga mengatakan, prestasi terakhir, LSI Denny JA mendapat rekor quick count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu 0,00 persen (Pilkada Kabupaten Sumbawa, NTB, November 2010).

"LSI mendefinisikan quick count sebagai perhitungan cepat hasil pemilu atau pemilukada yang diumumkan paling lambat 6 jam setelah TPS ditutup," ujarnya.

Menurut Sunarto, perhitungan cepat ini berfungsi memberikan informasi seakurat mungkin mengenai hasil pemilu di hari pemilu itu juga.Hal ini mengingat  perhitungan resmi umumnya dikeluarkan dalam waktu 7 sampai  14 hari setelah hari pencoblosan. "Ini terlalu lama bagi pemilih yang ingin segera tahu pemenang pemilu atau pemilukada," ujarnya.

Karena mengejar kecepatan, umumnya quick count menggunakan sistem sampel atau populasi secara menyeluruh, tergantung dari besar kecilnya populasi TPS sebuah wilayah pemilihan.

"LSI sendiri membedakan populasi besar yakni di atas 250 TPS di satu wilayah pemilihan, dan populasi kecil yang besarnya di bawah 250 TPS di satu wilayah pemilihan,” ujar alumni Fisipol UGM tersebut.

Dia menambahkan, Untuk populasi besar tersebut, LSI menggunakan sistem sampel. Tapi untuk populasi kecil, seluruh TPS bisa digunakan. Dengan demikian, untuk populasi kecil, LSI tidak membedakan antara quick count  dan "paralel vote tabulation".

Untuk populasi besar, LSI selalu menggunakan sampel dengan margin error plus minus 1 persen.  Dan sampai hari ini rekor terbaik yang pernah diperoleh LSI adalah dengan selisih (simpangan mutlak) 0,05 persen saja dari hasil KPUD.

"Quick Count tersebut dihasilkan pada Pilkada Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, pada tahun 2006," katanya.

Sedangkan untuk populasi kecil (TPS di bawah 250 buah), LSI menggunakan semua TPS atau semua populasi yang ada. Dalam hal ini rekor terbaiknya (simpangan mutlak) dari hasil KPUD yang pernah diraih oleh LSI adalah 0,00 persen.

Quick count ini dilaksanakan pada Pilkada Kabupaten Sumbawa, NTB bulan November 2010. Rekor yang dibuat LSI untuk populasi kecil itu memang belum pernah tercatat dibuat oleh orang lain.

"Jika memang pernah ada quick count atau paralel vote tabulation yang tercatat di media yg diumumkan di hari pemilu atau pilkada yang simpangan mutlaknya berbeda 0,00 persen dengan hasil KPUD, silahkan ditunjukkan itu terjadi kapan, di pilkada apa dan dipublikasi di media yang mana. Hanya data itu yang bisa membantah rekor quick count LSI di wilayah dengan populasi TPS kecil," ujar Sunarto.

"Upaya  memberikan hasil  Pemilu atau Pemilukada secara cepat untuk menjawab harapan masyarakat seperti yang dilakukan oleh LSI, saya pikir perlu mendapatkan apresiasi. Rekor MURI adalah salah satu bentuk dari apresiasi tersebut," demikian Sunarto.(*)
(R009/K004)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011