Pontianak (ANTARA) - Akademisi Universitas Tanjungpura Pontianak yang juga peneliti, Dr. Netty Herawaty, M.Si mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang ada penerimaan terhadap rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalbar sudah cukup tinggi namun hal itu tentu masih butuh pemberian pemahaman terkait resiko dan keuntungannya.

"Dari penelitian pendekatan kuantitatif pada 2019 lalu yang melibatkan 600 responden di 12 kabupaten dan 2 kota, hasilnya ada 87,78 persen menerima PLTN di Kalbar. Kemudian, hasil survei pemetaan pemangku kepentingan dari 205 informan di dua kota dan empat kabupaten sebagian besar atau sekitar 90 persen lebih juga menyatakan setuju," ujarnya di Pontianak, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa dengan hasil survei secara kuantitatif dan kualitatif tersebut maka ke depan diimbangi oleh pemahaman yang memadai mengenai aspek manfaat-risiko nuklir.

"Pemahaman itu penting karena persentase penerimaan masyarakat akan PLTN lebih banyak dipengaruhi pada variable timing dan kebutuhan energi yang mendesak. Pada sisi lain untuk mendapatkan penerimaan yang berkelanjutan diperlukan pemahaman yang kuat dan pembentukan masyarakat yang dewasa dalam pengambilan keputusan," jelas dia.

Ia menyarankan bahwa perlu ada langkah konkret untuk mendapatkan pola dan strategi komunikasi efektif untuk lokus spesifik. Diperlukan strategi komunikasi untuk meningkatkan pemahaman publik dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman.

"Kemudian diperlukan mengubah persepsi negatif masyarakat menjadi persepsi yang positif dengan menjelaskan kelebihan maupun resiko PLTN secara jujur dan terbuka agar dapat meluruskan pandangan keliru terkait informasi nuklir sebagaimana yang berkembang di masyarakat selama ini," kata dia.

Menurutnya, Kalbar sangat beralasan untuk memiliki PLTN. Hal itu karena belum memiliki akses listrik yang mencukupi karena sebagian kebutuhannya masih diimpor dari Malaysia. Kemudian, Kalbar juga berpotensi dikembangkan menjadi kawasan industri dan memiliki kondisi geologi yang stabil (tidak rawan gempa).

"Kemudian penetapan Kalimantan menjadi pusat ibu kota Indonesia akan berdampak terhadap kebutuhan infrastruktur yang sangat besar untuk menunjang berbagai perubahan yang akan terjadi. Listrik akan menjadi kebutuhan utama untuk mempercepat perkembangan wilayah tersebut. Apalagi dari sisi bahan baku, Kalbar memiliki cadangan kandungan uranium untuk bahan bakar nuklir. Sementara ketersediaan energi fosil akan habis," katanya.

Untuk mempersiapkan pembangunan PLTN di Kalbar butuh tiga dukungan yakni dukungan kebijakan, teknis dan sosial. Dukungan kebijakan yakni adanya komitmen pemerintah untuk mewujudkan pembangunan PLTN, bagaimana pemerintah pusat mempersiapkan berbagai regulasi yang diperlukan untuk segera memulai langkah pembangunan PLTN di Kalbar dan bagaimana pemerintah daerah menyiapkan dokumen atau peraturan pendukung.

Dukungan teknis sendiri diperlukan berupa studi evaluasi kelayakan tapak, kajian teknologi dan studi kelayakan lainnya yang komprehensif. Saat ini Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai Technical Organization Support telah memulai Studi Kelayakan PLTN skala komersial.

Kemudian, dukungan sosial berkaitan aspek penerimaan publik. Penerimaan publik ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dan turut menentukan keputusan pembangunan PLTN.

"BATAN telah bekerjasama dengan LPPM Universitas Tanjungpura Pontianak melakukan pemetaan pemangku kepentingan untuk memperoleh peta pemangku kepentingan dan rencana strategi komunikasi kepada pemangku kepentingan kunci untuk mempersiapkan sosialisasi rencana pembangunan PLTN kepada masyarakat Kalbar," jelas dia.

Sebelumnya, Gubernur Kalbar, Sutarmidji mengatakan bahwa pengembangan nuklir untuk listrik memang sudah seharusnya dilakukan di Indonesia dan daerah yang masuk kriteria adalah Kalbar. Untuk itu, dirinya mendukung penuh adanya pengembangan PLTN di Provinsi Kalbar ini sehingga meminta BATAN dan pemangku kepentingan lainnya terus memformulasikannya sehingga PLTN ini bisa dibangun di Kalbar.

"Kita itu punya bahan baku untuk tenaga nuklir yaitu uranium. Kualitasnya termasuk yang terbaik setelah NTT dan satu di antaranya daerah yang mengandung uranium adalah kabupaten Melawi," katanya.

Ia terus mendorong BATAN untuk terus melakukan kajian guna meminimalisasi dampak rencana pembangunan reaktor nuklir yang akan dilakukan di Kalbar.

"Terkait rencana pembangunan reaktor nuklir saat ini masih terus diteliti dan dilakukan kajian. Kita mendorong BATAN untuk melakukan hal itu di mana dan kanapa harus di situ, jawabannya harus diberikan secara komprehensif bukan parsial. Sehingga ketika ada yang bertanya, sudah bisa dijawab dengan jelas dan tidak menimbulkan keraguan," jelas dia.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021