Jakarta (ANTARA) -
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menafsirkan warisan "apem" leluhurnya, seorang ulama besar Jawa yang berdakwah di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Ki Ageng Gribig, sebagai upaya memajukan ekonomi.

Airlangga mengatakan hal itu saat mengadakan haul Ki Ageng Gribig di Klaten, Jawa Tengah, Kamis malam.

Sebagai tuan rumah haul, Airlangga mengatakan bahwa dirinya hadir di acara itu bukan sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan juga Menko Perekonomian.

Airlangga mengatakan apa yang dirinya lakukan bersama keluarga sebagai upaya melestarikan tradisi yang diwariskan Kia Ageng Gribig.

Salah satunya adalah warisan tradisi bagi-bagi kue apem kepada masyarakat yang disebut Airlangga bermakna untuk memajukan perekonomian masyarakat.

Baca juga: Airlangga enggan tanggapi isu capres 2024
Baca juga: Airlangga Hartarto akan hadiri haul Ki Ageng Gribig
Baca juga: Menko Airlangga tinjau UMKM rumahan di Surakarta
​​​​​​​

Airlangga mengatakan apa yang ia lakukan bersama keluarga sebagai upaya melestarikan tradisi yang diwariskan Kia Ageng Gribig.
 
"Sebagai dzurriyah, anak cucu, cicit yang selalu nyadong berkah ke leluhur. Kami rutin mengadakan haul Ki Ageng Gribig, menjalankan amanat ayah saya Pak Hartarto. Harapannya, tidak lain dan bukan kami takzim kepada leluhur. Rasa terima kasih selama hidupnya menyebarkan agama Islam, berjuang melawan penjajahan dan berjuang untuk Indonesia," katanya dalam siaran persnya.

Ketua Komite Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPEN) ini mengharapkan atas washilah leluhurnya Ki Ageng Gribig pandemi COVID-19 bisa segera diangkat dan ekonomi kembali pulih.​​​​​​​

Airlangga menceritakan bahwa Ki Ageng Gribig memiliki kebiasaan membagikan apem dengan melantunkan wirid Ya Qowiyyu.

Meski demikian dalam dua tahun ini, Airlangga mengaku tidak melakukannya karena masih berasa dalam suasana pandemi COVID-19.
 
Airlangga juga mengaku, bersama keluarga mendapatkan inspirasi menafsirkan kata apem. A diartikan sebagai akar sejarah yang kuat yakni menjaga tradisi, budaya dan warisan para pahlawan bangsa.
 
Huruf P diartikan persatuan dan kesatuan yakni menjaga kerukunan, menanamkan toleransi, menjaga kemajemukan dan kebinekaan.
 
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, huruf E berarti ekonomi kerakyatan pembangunan ekonomi harus dipusatkan untuk kemakmuran rakyat dan huruf M diartikan masyarakat yang maju, beragama, ber-akhlakul kharimah (akhlak yang terpuji), terciptanya masyarakat yang maju, berilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan iman dan takwa, berbudi pekerti luhur.

"Nilai-nilai APEM inilah menjadi garis perjuangan saya dimanapun saya berada. Dan ini menjadi amanah keluarga untuk dijaga dan dijalankan," katanya.

Ki Ageng Gribig adalah seorang ulama yang bisa menggabungkan unsur ilahiyah dengan budaya masyarakat dan membantu ekonomi masyarakat.

Meski sudah ratusan tahun lalu wafat, Airlangga mengatakan sampai saat ini bermanfaat membangun ekonomi masyarakat sekitar.

"Semoga tahlil dan doa yang kita panjatkan dikabulkan Allah, semoga washilah Ki Ageng Gribig, pandemi bisa diangkat oleh Allah SWT, rakyat kembali sejahtera," tandasnya.

Dalam menutup sambutan, Airlangga memohon restu agar senantiasa selamat dalam menjalankan tugas menanggulangi COVID-19 dan mengembalikan ekonomi agar rakyat kembali menikmati.

"Saya minta restu agar semoga tetap teguh menjaga nilai yang diajarkan si mbah Ki Ageng Gribig dan selamat menjalankan amanah dalam tugas memerangi pandemi COVID-19, mengembalikan ekonomi sehingga masyarakat bisa sejahtera," tutup Airlangga.

Dalam haul tersebut hadir di lokasi diantaranya Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf, Habib Umar Al Muthohar, Rois Syuriah PWNU KH Ubaidillah Shodaqoh, Gus Ghofur Maimoen Zubair, Ketua MUI Jateng dan pengasuh pesantren dari Pati, Kudus, Habib dan Kiai se Solo Raya dan Jawa Tengah.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021