Jakarta (ANTARA) - Perkembangan pandemi COVID-19 di dunia hari ini:

Sanofi batal kembangkan vaksin COVID-19 berbasis mRNA

Sanofi membatalkan rencana untuk membuat vaksin COVID-19 berbasis mRNA sendiri lantaran pasar vaksin jenis itu sudah dikuasai Pfizer/BioNTech dan Moderna.

Perusahaan bidang kesehatan yang berpusat di Prancis itu pada Selasa mengatakan sudah mulai menguji vaksin mRNA untuk influenza musiman pada manusia Juni lalu dan akan melakukan uji klinis lanjutan tahun depan.

Vaksin mRNA COVID-19 memicu tubuh manusia untuk memproduksi protein (antigen) di permukaan virus corona sehingga tubuh dapat melawan infeksi.

Baca juga: Sanofi bantu produksi 100 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech

Australia akan hapus bantuan darurat COVID-19

Pemerintah Australia akan mencabut bantuan dana bagi masyarakat yang terdampak penguncian COVID-19 ketika tingkat vaksinasi mencapai 80 persen di seluruh wilayah negara itu.

Itu berarti negara-negara bagian harus mengeluarkan dana sendiri jika tetap melanjutkan penguncian.

Sejak Juni, pemerintah federal telah mengeluarkan lebih dari 9 miliar dolar Australia (Rp93,2 triliun) untuk membantu sekitar 2 juta orang.

Tingkat vaksinasi 80 persen diperkirakan tercapai pada November.


Baca juga: Australia akan hentikan bantuan darurat COVID-19

Italia izinkan perjalanan ke enam destinasi wisata non-Eropa

Pemerintah Italia mengatakan telah mengizinkan penduduknya untuk mengunjungi enam tempat wisata di luar Eropa tanpa harus menjalani karantina, baik ketika berangkat maupun pulang.

Keenam destinasi wisata itu adalah Maladewa, Seychelles, Mauritius, Mesir (hanya Sharm El Sheikh dan Marsa Alam), Republik Dominika dan Aruba.

Orang-orang yang bepergian ke negara-negara itu harus memiliki Green Pass sebagai bukti sudah divaksinasi atau pernah terinfeksi COVID-19.

Mereka juga harus menunjukkan hasil tes swab negatif setidaknya 48 jam sebelum keberangkatan.


Baca juga: RS Brazil dituduh tutupi penyebab kematian COVID-19

RS Brazil dituduh tutupi penyebab kematian COVID-19

Sebuah jaringan rumah sakit di Brazil dituduh menyembunyikan penyebab kematian sembilan pasien COVID-19 yang dirawat dengan "pengobatan ajaib".

Menurut pengacara para dokter yang mengungkap tindakan itu, jaringan RS Prevent Senior mencoba pengobatan yang belum teruji pada sejumlah pasien COVID-19 lanjut usia tanpa sepengetahuan mereka.

Percobaan tersebut dilakukan untuk membuktikan keampuhan pengobatan yang direkomendasikan Presiden Jair Bolsonaro.

Sedikitnya sembilan orang meninggal dalam uji coba pada Maret-April 2020, namun datanya diubah untuk menutupi penyebab kematian, kata pengacara Bruna Morato kepada Senat.

Morato yang mewakili 12 dokter di Prevent Senior, mengatakan RS itu mengancam dan memecat dokter yang tidak setuju dengan COVID-19 kit, paket obat yang terdiri dari hidroksiklorokuin, eritromisin, dan ivermectin.

Belum ada bukti ilmiah bahwa obat-obatan tersebut bermanfaat dalam perawatan COVID-19.

Pengembang pil COVID-19 akan saingi Merck, Pfizer

Ketika Merck & Co dan Pfizer Inc siap melaporkan hasil uji klinis pil antivirus COVID-19 eksperimental mereka, para pesaingnya berkolaborasi mengembangkan obat serupa yang diharapkan lebih manjur dan nyaman.

Enanta Pharmaceuticals, Pardes Biosciences, Shionogi & Co Ltd, dan Novartis AG mengklaim pil yang mereka kembangkan menyasar virus corona secara khusus, dosisnya lebih sedikit dan lebih aman.

Sumber: Reuters

Baca juga: Taliban peringatkan AS tidak terbangkan 'drone' ke Afghanistan

Baca juga: Sanofi, GSK luncurkan uji coba tahap akhir vaksin COVID-19

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021