Tokyo (ANTARA) - Aktivitas manufaktur Asia secara luas mengalami stagnasi pada September karena penutupan pabrik yang disebabkan pandemi dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan China membebani ekonomi kawasan itu, survei menunjukkan pada Jumat.

Negara-negara di mana wabah besar varian Delta mereda mengalami peningkatan aktivitas, seperti Indonesia dan India.

Tetapi aktivitas pabrik pada September menyusut di Malaysia dan Vietnam, dan meningkat di Jepang pada tingkat paling lambat dalam tujuh bulan, karena kekurangan chip dan gangguan pasokan menambah kesengsaraan kawasan yang masih berjuang untuk melepaskan diri dari dampak COVID-19.

Melemahnya momentum ekonomi China memberikan pukulan baru bagi prospek pertumbuhan kawasan, dengan Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi pada Kamis (30/9/2021) menunjukkan aktivitas pabrik negara itu secara tak terduga menyusut pada September karena pembatasan yang lebih luas pada penggunaan listrik.

Sementara PMI Manufaktur Caixin/Markit swasta bernasib lebih baik daripada yang diperkirakan setelah merosot pada Agustus, tanda-tanda pelemahan yang berkembang di ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengaburkan prospek negara-negara tetangga di Asia.

“Sementara pembatasan virus corona pada kegiatan ekonomi dapat secara bertahap dicabut, langkah lambat di mana ini akan terjadi berarti ekonomi Asia Tenggara akan mandek selama sisa tahun ini,” kata Makoto Saito, seorang ekonom di NLI Research Institute.

PMI Manufaktur final Jepang yang dilansir au Jibun Bank merosot menjadi 51,5 pada September dari 52,7 pada bulan sebelumnya, menandai laju ekspansi paling lambat sejak Februari.

Produsen-produsen di ekonomi terbesar ketiga di dunia itu menghadapi tekanan dari pembatasan pandemi dan gangguan rantai pasokan yang meningkat serta kekurangan bahan baku dan penundaan pengiriman.

PMI Korea Selatan untuk September naik menjadi 52,4 dari 51,2 pada Agustus, dibantu oleh ekspansi produksi dan pesanan baru.

PMI tetap di atas ambang batas 50 yang menunjukkan ekspansi aktivitas selama 12 bulan berturut-turut, tetapi gangguan rantai pasokan yang terus berlanjut merusak optimisme bisnis bagi para produsen.

Aktivitas pabrik Taiwan terus berkembang tetapi pada laju paling lambat dalam lebih dari setahun.

Indeks PMI Taiwan turun ke 54,7 pada September dari 58,5 pada Agustus, sementara Vietnam melihat indeks tidak berubah dari Agustus di 40,2.

Secercah harapan, PMI Indonesia naik menjadi 52,2 dari 43,7 pada Agustus, sedangkan untuk India meningkat menjadi 53,7 pada September dari 52,3 pada bulan sebelumnya.

“Sementara PMI regional menunjukkan bahwa gangguan dari gelombang virus besar di wilayah tersebut agak berkurang, pesanan yang tidak terpenuhi terus menumpuk, yang berarti bahwa kekurangan yang dihasilkan lebih lanjut di rantai pasokan akan tetap ada untuk beberapa waktu mendatang,” kata Alex Holmes. ekonom Asia di Capital Economics.

Setelah dipandang sebagai pendorong pertumbuhan global, negara-negara berkembang Asia tertinggal dari ekonomi maju dalam pemulihan dari penderitaan pandemi karena penundaan peluncuran vaksin dan lonjakan kasus varian Delta merugikan konsumsi dan produksi pabrik.

Baca juga: Saham China ditutup melemah tertekan kekhawatiran perlambatan ekonomi
Baca juga: Rupiah terkoreksi dibayangi tapering dan perlambatan manufakftur China
Baca juga: Saham Hong Kong jatuh, tertekan kekhawatiran perlambatan ekonomi China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021