Vatican City (ANTARA) - Paus Fransiskus dan para pemimpin agama lain merilis seruan bersama untuk Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (COP26) guna menawarkan solusi nyata bagi upaya menyelamatkan planet Bumi dari "krisis ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Pertemuan "Faith and Science: Towards COP26" mempertemukan pemimpin Kristen termasuk Uskup Agung Canterbury Justin Welby dan Pemimpin Gereja Ortodoks Bartholomew, serta perwakilan dari agama Islam, Yudaisme, Hindu, Sikh, Buddha, Konfusianisme, Taoisme, Zoroastrianisme, dan Jainisme.

"COP26 di Glasgow merupakan seruan mendesak untuk memberikan tanggapan efektif terhadap krisis ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan krisis nilai yang kita alami saat ini, dan dengan cara ini menawarkan harapan nyata kepada generasi mendatang," kata Paus Fransiskus, Senin.

"Kami ingin mengiringinya dengan komitmen dan kedekatan spiritual kami," kata Paus dalam pidato yang dia sampaikan kepada para peserta pertemuan.

Dalam pidato tertulisnya, Paus Fransiskus mengatakan perbedaan budaya dan agama harus dilihat sebagai kekuatan, bukan kelemahan, dalam menjaga lingkungan.

"Masing-masing dari kita memiliki keyakinan agama dan tradisi spiritual, tetapi tidak ada batasan atau hambatan budaya, politik, atau sosial yang menghalangi kita untuk berdiri bersama," kata dia.

Seruan yang menggambarkan perubahan iklim sebagai "ancaman besar" itu, diserahkan kepada Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio dan Alok Sharma dari Inggris, presiden COP26 di Glasgow.

"Para pemimpin agama yang datang ke sini hari ini mewakili sekitar 3/4 dari populasi dunia. Itu adalah persentase yang signifikan dari orang-orang di seluruh dunia dan itulah mengapa suara mereka sangat penting," kata Sharma setelah mengikuti pertemuan yang diselenggarakan oleh Vatikan, Inggris, dan Italia.

Welby, pemimpin spiritual Anglikan dunia, menyerukan "arsitektur keuangan global yang memperbaiki dosa masa lalunya", termasuk perubahan aturan pajak untuk mempromosikan aktivitas hijau.

"Perang melawan (perubahan) iklim berdampak pada kalangan termiskin di antara kita," kata Welby.

Seruan tersebut mendesak semua pemerintah untuk mengadopsi rencana untuk membantu membatasi kenaikan suhu global rata-rata hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat praindustri dan untuk mencapai nol emisi karbon sesegera mungkin.

Negara-negara kaya didesak untuk memimpin dalam mengurangi emisi mereka sendiri dan dalam membiayai pengurangan emisi negara-negara miskin.

"Kami memohon kepada masyarakat internasional, berkumpul di COP26, untuk mengambil tindakan cepat, bertanggung jawab, dan berbagi untuk menjaga, memulihkan, dan menyembuhkan kemanusiaan kita dan 'rumah' yang dipercayakan untuk kita kelola," demikian seruan itu.

Seruan itu dibuat melalui pertemuan daring selama berbulan-bulan yang diikuti oleh sekitar 40 pemimpin agama.

Beberapa peserta juga menekankan bahwa tidak ada bangsa yang bisa berjalan sendiri.

“Jika satu bangsa tenggelam, kita semua tenggelam,” kata Rajwant Singh, seorang pemimpin Sikh dari Amerika Serikat, yang menyanyikan sebuah puisi untuk para peserta.

Menteri Luar Negeri Vatikan, Uskup Agung Paul Gallagher, mengatakan kepada Reuters pada Minggu (3/10) bahwa dia berharap pertemuan pada Senin dapat "meningkatkan ambisi" tentang apa yang dapat dicapai di Glasgow.

Para uskup Skotlandia mengatakan pada Juli bahwa Paus akan menghadiri pembukaan COP26 jika kondisi kesehatannya memungkinkan.

Paus Fransiskus (84 tahun) sangat mendukung tujuan kesepakatan Paris PBB 2015 untuk mengurangi pemanasan global. Dia mengatakan kepada kaum muda bahwa mereka "mungkin generasi terakhir" yang akan menyelamatkan planet ini.


Sumber: Reuters

Baca juga: Inggris bagikan vaksin COVID-19 kepada delegasi konferensi iklim

Baca juga: Menteri LHK sampaikan posisi adaptasi RI di pertemuan jelang COP26

 

Paus Fransiskus dalam kondisi baik usai operasi usus


 

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021