COVID-19 juga telah menghambat upaya untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang cepat dan tepat
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 telah memperburuk tantangan kemanusiaan di Asia Pasifik, yang merupakan wilayah paling rawan bencana di dunia dengan sekitar 97 juta orang membutuhkan bantuan segera.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memaparkan bahwa hingga Oktober tahun ini, lebih dari 58,9 juta kasus COVID-19 dilaporkan di 34 negara di Asia Pasifik dan telah mengakibatkan sedikitnya 952 ribu kematian.

“Terlebih lagi, COVID-19 juga telah menghambat upaya untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang cepat dan tepat,” kata Menlu RI ketika membuka Konferensi Regional tentang Bantuan Kemanusiaan (RCHA) yang berlangsung secara virtual pada Rabu.

Mengenai hal ini, Indonesia mencatat bahwa pandemi telah menyebabkan keterbatasan sumber daya terutama dukungan keuangan yang tertahan akibat beban yang ditimbulkan oleh pandemi.

Baca juga: Angkatan udara se-Asia Pasifik berkolaborasi tangani Pandemi COVID-19

Kebijakan pembatasan COVID-19 juga menimbulkan tantangan dalam distribusi logistik. Dengan terbatasnya pergerakan barang dan orang, akses untuk pengiriman bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terkena dampak menjadi terbatas.

“Dengan latar belakang ini, harapan komunitas kemanusiaan internasional jatuh pada peran penting para aktor kemanusiaan nasional dan lokal,” tutur Menlu Retno.

Namun, meskipun bekerja di tengah tantangan pandemi, para aktor kemanusiaan nasional dan lokal disebut tetap aktif dan inovatif dalam menanggapi berbagai situasi kemanusiaan di kawasan.

Mereka termasuk palang merah dan bulan sabit merah, organisasi kemanusiaan berbasis agama, sektor swasta, filantropis, dan masyarakat sipil.

“Kepemimpinan mereka, bergandengan tangan dengan pemerintah, telah inklusif dan cepat dalam menangani kebutuhan yang ada di lapangan,” kata Retno.

Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial (ESCAP) Perserikatan Bangsa-Bangsa Armida Alisjahbana juga menyebut bahwa Asia Tenggara dan Pasifik termasuk di antara kawasan yang paling terdampak COVID-19 dan iklim ekstrem.

Baca juga: 58 persen responden Asia Pasifik hidup lebih sehat saat pandemi

Meskipun sebagian negara telah membuat kemajuan signifikan dalam pengurangan risiko bencana, berdasarkan Laporan Bencana Asia Pasifik ESCAP 2021, tetapi sebagian besar negara di kawasan masih mempersiapkan diri sementara krisis yang tumpang tindih memicu dampak satu sama lain.

“Oleh karena itu, respons kemanusiaan yang dapat melindungi orang-orang terutama mereka yang berisiko dan paling rentan masih menjadi tantangan bagi semua negara,” kata Armida.

Mengutip pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, “konflik, perubahan iklim, dan COVID-19 telah menciptakan tantangan kemanusiaan terbesar sejak Perang Dunia II.”

Sebagai wilayah paling rawan bencana di dunia, jutaan orang telah mengungsi di Asia Pasifik karena berbagai keadaan darurat alam dan buatan manusia dalam dua tahun terakhir.

Lebih dari seperempat konflik dunia juga terjadi di Asia dan Pasifik. Kawasan ini sekarang menampung 4,4 juta pengungsi.

Baca juga: Indonesia jalankan tiga pilar pemulihan ekonomi kawasan Asia-Pasifik
Baca juga: Riset ILO: ekspor garmen dari Asia turun hingga 70% akibat pandemi


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021