Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Agum Gumelar mengingatkan pentingnya orang-orang terutama kaum hawa melakukan deteksi dini salah satunya melalui periksa payudara sendiri (SADARI) setiap bulan demi mencegah kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut.

“Memiliki kesadaran SADARI dan memperhatikan kesehatan payudara sangat membantu mencegah kanker payudara. Sadari penting dilakukan setiap wanita, setiap bulan dilakukan pada hari ke-7 hingga ke-10 setelah menstruasi hari pertama,” kata dia dalam acara peluncuran edisi spesial Charm Extra Maxi Ribbon bekerjasama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), yang digelar daring, Rabu.

Baca juga: Mengapa wanita yang tak pernah hamil berisiko kena kanker payudara?

Linda termasuk penyintas kanker payudara setelah terdiagnosis salah satu jenis kanker pada wanita itu sekitar 25 tahun lalu. Saat itu dia berusia 46 tahun. Dia bersyukur saat itu kanker ditemukan pada stadium awal dan kini dia pun masih bisa beraktivitas seperti halnya orang-orang pada umumnya.

Namun, kondisi di Indonesia justru menunjukkan sebanyak 70 persen pasien kanker baru berkonsultasi pada dokter dalam keadaan stadium lanjut, Padahal menurut Linda, apabila kanker ditemukan stadium awal maka kualitas hidup pasien akan semakin baik.

“Yang memprihatinkan, 70 persen datang kepada dokter sudah dalam keadaan stadium lanjut, tentu hal ini mempengaruhi kualitas hidup pasien,” ujar Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia era Kabinet Indonesia Bersatu II itu.

Demi mendorong kesadaran orang-orang melakukan deteksi dini, Linda bersama yayasannya yang memiliki visi Indonesia bebas kanker payudara stadium lanjut itu terus melakukan sosialisasi melalui webinar atau talkshow termasuk di masa pandemi COVID-19 saat ini.

Dia dan tim juga rutin melakukan temu virtual penyintas kanker payudara se-Indonesia setiap bulan Oktober, melakukan virtual praktik peduli SADARI, hingga kembali mengoperasionalkan unit mobil mamografi yang sempat terhenti pada tahun 2020.

Baca juga: Operasi bukan langkah awal penanganan benjolan payudara
Tangkapan layar - Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk, Yuji Ishii (kanan) dalam acara peluncuran edisi spesial Charm Extra Maxi Ribbon bekerjasama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), yang digelar daring, Rabu (6/10/2021). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)


Pentingnya deteksi dini kanker payudara juga digaungkan PT Uni-Charm Indonesia Tbk, melalui produk Charm Extra Maxi Pink Ribbon Special Edition yang dikemas berisi pesan informatif tentang gerakan SADARI.

Cara melakukan SADARI dijelaskan di bagian belakang kemasan dengan ilustrasi untuk mendorong konsumen dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri di rumah meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19.

Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk, Yuji Ishii mencatat, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan sekitarnya, tingkat jumlah kasus baru dan kematian akibat kanker payudara di Indonesia cenderung tinggi dengan angka masing-masing sebesar 16,6 persen dan 9,6 persen. Berkaca dari hal ini, perusahannya ingin berkontribusi meningkatkan kualitas hidup perempuan Indonesia dan untuk meminimalkan angka kematian akibat kanker payudara.

“Kami ingin berkontribusi untuk Indonesia. Selama bulan kanker payudara sedunia, mendukung kegiatan Pink Ribbon untuk meminimalisasi kematian akibat kanker payudara. Ilustrasi SADARI ada di bagian belakang kemasan produk,” kata dia.

Data GLOBOCAN pada tahun 2020 menunjukkan, kanker payudara di Indonesia termasuk kanker paling banyak ditemukan pada perempuan dengan proporsi 30,8 persen dari total kasus kanker lainnya dengan 65.858 kasus baru. Jenis kanker ini menempati urutan kedua penyebab kematian akibat kanker dengan persentase sebesar 9,6 persen.


Baca juga: Tak semua benjolan pada leher kanker tiroid

Baca juga: Maag tak kunjung sembuh setelah pengobatan mungkin gejala kanker hati

Baca juga: Wakil Ketua MPR dorong pasien kanker payudara dengarkan nasihat dokter

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021