Kairo (ANTARA News) - Enam orang tewas akibat tembakan di Lapangan Tahrir di pusat kota Kairo, tempat pengunjukrasa pro dan anti-Presiden Mubarak berkumpul pada Rabu hingga Kamis dini hari.

Koresponden ANTARA Munawar Saman Makyanie melaporkan Kamis pagi, mengutip sumber di sebuah Rumah Sakit Hussein dan beberapa saksi mata,  korban menderita luka tembakan senjata api.

Selain itu, lebih dari 1.500 orang menderita cedera akibat lemparan batu dan bom molotov.

Jaringan televisi Al Jazeera memperlihatkan dua mayat ditarik oleh pengunjuk rasa ke pinggir jalan.

Para wartawan dilarang mendekati Bundaran Tahrir dan diancam akan ditangkap karena dianggap melanggar jam malam yang berlaku mulai pukul 15.00 hingga 8.00 waktu setempat.

Tembakan sporadis tersebut menghentikan perang batu dan bom molotov antara kedua pihak yang berseberangan tersebut.

Berbagai media memantau situasi aksi unjuk rasa yang memasuki hari kesepuluh melalui para saksi mata dan sumber rumah sakit untuk mengetahui korban meninggal atau luka-luka.

Tembakan sporadis terdengar di seputar Lapangan Tahrir sejak pukul 3.30 waktu setempat 8.30 WIB.

Para pengunjuk rasa pendukung dan anti-Mubarak terlibat baku hantam dahsyat di Tahrir selama beberapa jam,  mulai Rabu petang hingga Kamis pagi.

Oposisi anti-Mubarak menguasai Lapangan Tahrir sejak Jumat pekan lalu (28/1).  Banyak pengunjukrasa anti Mubarak berasal dari luar Kairo dan menginap di Lapangan Tahrir.

Oposisi menuntut reformasi politik dan mendesak Presiden Mubarak mundur dari kursi kepresidenan dan segera menyelenggarakan pemilihan umum baru.

Presiden Mubarak menolak mundur dan berjanji tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden pada September mendatang.

Mubarak juga telah membuka pintu dialog dan memerintahkan Wakil Presiden Omar Suleiman untuk berdialog dengan oposisi guna membahas perubahan konstitusi dan beberapa tuntutan oposisi lainnya.

Namun, Wapres Suleiman Rabu malam mengatakan dialog tidak akan dilakukan selama demonstrasi antipemerintah masih berlangsung.

M043/M016

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011