Jakarta (ANTARA) - Pihak sekolah, murid dan orangtua perlu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas agar tidak tercipta klaster baru di sekolah, kata Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd.

"Ketika protokol kesehatan tidak diterapkan dengan baik, kekhawatirannya akan terjadi klaster-klaster baru," kata Sri dalam webinar, Rabu.

Baca juga: Satgas Prokes PON XX dukung PTM aman COVID-19 di Mimika

Dia menegaskan, pengawasan penerapan protokol kesehatan dari berbagai pihak penting untuk memastikan kelancaran pembelajaran tatap muka terbatas di tengah pandemi COVID-19. Berdasarkan hasil kunjungannya ke beberapa lokasi, dipantau dari luar sekolah, ada beberapa tempat yang masih belum disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sri menilai ada euforia di mana anak-anak kembali bersekolah dan berinteraksi seperti sebelum ada COVID-19.

"Padahal kita belum betul-betul merdeka dari COVID-19. Ada anak-anak yang tidak pakai masker, ada yang berdekatan dengan temannya, harus ditekankan ke seluruh pihak untuk pengawasan bersama," katanya.

Pembelajaran tatap muka saat ini, kata Sri, adalah solusi untuk mencegah penurunan capaian belajar para siswa. Sebab, dari temuan-temuan badan internasional hingga lembaga pemerintah ditemukan fakta bahwa ada kesenjangan capaian belajar akibat perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda.

Studi juga menemukan bahwa pembelajaran di kelas menghasilkan capaian akademik lebih baik dibandingkan sekolah dari rumah secara jarak jauh. Selain itu, ada temuan penurunan 0,44-0,47 standard deviasi yang sama dengan ketertinggalan lima hingga enam bulan pembelajaran per tahun.

"Bayangkan jika capaian pembelajaran tidak dicapai atau ada kemunduran satu semester, akan sangat memprihatinkan."

Fakta-fakta tersebut mendorong lagi pembelajaran tatap muka, sebab kegiatan belajar saat pandemi dampaknya minimal atau bahkan tidak ada karena tidak semua anak didukung fasilitas mumpuni, pun kemampuan orangtua dalam membimbing anak belajar di rumah juga bervariasi.

Dia mengatakan, ketersediaan fasilitas kesehatan di sekolah-sekolah sudah cukup baik, seperti adanya UKS (Unit Kesehatan Sekolah) hingga sanitasi yang baik. Sri menekankan, yang terpenting bukan soal fasilitas yang bagus, melainkan fungsi yang maksimal.

"Mari kita fungsikan semua fasilitas kesehatan di satuan pendidikan dengan lebih baik agar PTM terbatas di sekolah menjadi kondusif," katanya.


Baca juga: Disdik Kota Bogor akan uji coba PTM SD pada minggu ketiga Oktober

Baca juga: KSP: PTM di SMA/SMK Jambi terapkan prokes ketat

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021