Jakarta (ANTARA) - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menekankan pentingnya menciptakan keselamatan di tempat kerja sebagai upaya membantu ketahanan bisnis dalam jangka panjang bagi kegiatan usaha tersebut, terlebih pada masa pandemi COVID-19.

"Adaptasi dalam bisnis di masa pandemi COVID-19 menjadi sangat penting," kata Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste, Michiko Miyamoto, dalam webinar ILO-Katadata bertajuk "Geliat Bisnis di Era Pandemi: Navigasi dan Manuver Usaha" di Jakarta, Kamis.

Michiko menilai para pelaku bisnis perlu mengambil langkah aktif, dengan melakukan identifikasi tantangan dalam menghadapi krisis yang terjadi saat ini dan identifikasi kekuatan yang bisa lakukan di masa pemulihan COVID-19.

Ia mengemukakan, ILO telah mendukung pemerintah Indonesia dan mitra sosial dalam penetapan pedoman nasional pencegahan COVID-19 di tempat kerja baik berdasarkan pedoman nasional maupun praktik ala internasional.

Bantuan teknis untuk meningkatkan upaya K3 melalui penilaian risiko penularan COVID19 di 1.500 tempat kerja di laksanakan oleh proyek ILO yang di dukung oleh Pemerintah Jepang.

"Pemerintah juga memainkan peranan penting, tidak hanya menjawab krisis, tapi juga membuat landasan perbaikan di masa yang akan datang, khususnya mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Misal menggali pelaksanaan PP No 5 Tahun 2021, tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko," ujar dia.

Baca juga: Menaker jelaskan langkah penguatan budaya K3 di Indonesia

Pembicara lainnya, Minister for Economic and Development Affairs, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Masato Usui menerangkan, keberlanjutan bisnis di tempat kerja menjadi suatu tantangan tersendiri di banyak negara, termasuk Jepang dan Indonesia.

Untuk itu, Masato menilai, cara-cara baru dalam bekerja dan meningkatkan pentingnya kesehatan serta keselamatan di tengah pandemi dapat mendorong perekonomian negara.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Teguh Dartanto menekankan kepada pelaku bisnis untuk membangun sistem kerja yang lebih aman. Menurutnya, kesehatan dan keselamatan pekerja menjadi kunci dari produktivitas di masa depan.

"Karena apa? Kalau misalnya selama pandemi ini tenaga kerja merasa tidak aman tidak sehat untuk WFO, atau untuk pergi ke tempat kerja, ini bisa mempengaruhi mood, bisa mempengaruhi juga produktivitas dan inovasi-inovasi," jelas dia.

Baca juga: Menaker: Sosialisasi budaya K3 akan dilakukan lewat materi pendidikan

Ia mengungkap, para pekerja di bidang manufaktur selama ini kurang mendapat perhatian terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga perlu ada komitmen kuat dari pelaku bisnis hingga tenaga kerja itu sendiri, terkait dengan protokol kesehatan dan keselamatan kerja.

Pemerintah pusat maupun daerah dinilai juga perlu membentuk suatu pedoman terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja selama pandemi, dengan dukungan sosialisasi masif.

Berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC), lebih dari 35 persen responden saat ini bekerja dengan sistem WFO dan WFH bergantian. Hanya 23,6 persen responden yang saat ini bekerja di rumah sepenuhnya.

Dari survei itu diketahui, umumnya sistem kerja selama pandemi sudah menerapkan aturan protokol kesehatan ketat saat WFO (Bekerja di Kantor).

Selain itu, diketahui bahwa hanya 15,5 persen responden yang melakukan penambahan produk dan layanan serta mulai memperluas pasar (diversifikasi usaha).

Baca juga: Menaker: K3 adalah kunci pembangunan ekosistem ketenagakerjaan unggul

Baca juga: Menaker dorong industri Indonesia berinvestasi pada bidang K3

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021