Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan (PWNW) DKI Jakarta Dr TGKH Muslihan Habib mengatakan momentum Maulid Nabi Muhammad SAW harus dijadikan momentum untuk meneladani, menghayati, dan memuliakan Rasulullah dengan berperilaku dalam membangun persatuan bangsa Indonesia.

"Rasulullah adalah teladan dalam iman, Islam, ihsan, dan akhlak mulia. Ekspresi dari hal itu mestinya melahirkan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, yang berwujud dengan mencintai perdamaian, saling menghormati dan menghargai dan sebagainya," kata Muslihan Habib, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Ia mengungkapkan makna peringatan maulid Nabi Muhammad sebagai pesan untuk membangun persatuan umat sesuai dengan konsep ukhuwah wathaniyah yang tertuang dalam piagam Madinah.

"Salah satu pelajaran yang diambil dari Maulid Nabi Muhammad SAW ialah pesan untuk membangun persatuan umat, dan solidaritas kita, ukhuwah kita, termasuk ukhuwah wathaniyah. Ukhuwah wathaniyah ini adalah ukhuwah untuk bagaimana membangun persaudaraan kebangsaan, keberhasilan baginda rasul membagun ukhuwah wathaniyah," tutur Muslihan.

Ia menjelaskan kaitan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dengan Piagam Madinah tersebut sebagai tuntunan kepada umat untuk menghargai pluralisme.

"Piagam Madinah ini mengajarkan kepada umat Islam untuk menghargai pluralitas, perbedaan suku, golongan, dan agama. Andaikan dikaitkan dengan maulid Nabi, hal ini perlu disampaikan kepada umat bagaimana membangun ukhuwah wathaniyah, karena jika ukhuwah wathaniyah ini terbangun, maka otomatis ukhuwah islamiyahnya juga terbangun," ungkapnya.

Baca juga: Ketua MUI: Maknai Maulid Nabi untuk menjaga "ukhuwah wathaniyah"

Baca juga: Ketua DPD: Maulid Nabi momentum perubahan umat Muslim


Muslihan juga menyinggung soal narasi yang berkembang oleh kelompok radikal yang menyebut larangan umat muslim untuk berteman dengan umat penganut agama lain.

Ia menegaskan hal itu keliru dan perlu luruskan karena dalam ajaran Islam, seorang umat tidaklah boleh membedakan apalagi melecehkan orang lain baik sesama muslim maupun non-muslim.

"Makanya ada istilah ukhuwah basyariah yaitu persaudaraan sesama insan, sesama manusia. Ajaran kita ini tidak bisa membedakan maupun melecehkan orang lain sekalipun itu muslim ataupun non-muslim. Maka dari itu ketika ada narasi seperti perlu diluruskan. Jangankan dengan manusia, dengan hewan saja kita juga harus menyayangi," ujarnya menegaskan.

Ia menjelaskan kedudukan manusia sebagai makhluk terhormat baik itu muslim atau pun non-muslim, sehingga akan sangat baik jika umat bisa mencermati Piagam Madinah. Karena di piagam tersebut tersirat bagaimana Islam dibangun oleh Baginda Rasul adalah membangun ukhuwah yang menghargai pluralitas, darimana pun golongan manusia itu berasal. Hal ini diatur dalam sebuah piagam untuk hidup harmoni saling menghargai.

"Makanya dalam Maulid Nabi seperti ini, ajaran-ajaran nabi terkait ukhuwah wathaniyah ini harus diangkat oleh para mubalig. Karena ajaran nabi, seperti yang saya katakan tadi yakni kecintaan kita kepada nabi. Oleh karena itu segala pesan yang disampaikan nabi harus kita cintai dan kita ikuti," ujarnya.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021