Jakarta (ANTARA) - Aktivis sekaligus akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Musdah Mulia mengatakan, penguatan literasi agama penting dilakukan untuk mewujudkan Indonesia yang maju.

Mengutip survei Pew Research Center, Musdah mengatakan pada tahun 2020 Indonesia ditempatkan sebagai negara negara yang religius karena mayoritas penduduk menjawab bahwa agama sangat penting.

Survei tersebut juga mengaitkan antara kemajuan suatu negara dengan nilai keagamaan. Hasilnya, penduduk negara berkembang cenderung menganggap penting agama dalam kehidupan, demikian sebaliknya.

"Jadi, tingkat religiusitas negara berbanding terbalik dengan kemajuan ekonomi dan tingkat kebahagiaan penduduknya," ujar Musdah dalam acara STA Memorial Lecture yang digelar Akademi Jakarta dan Dewan Kesenian Jakarta secara virtual, Kamis.

Baca juga: Orang Indonesia paling percaya keluarga dan tokoh agama

Mestinya, kata Musdah, negara dengan penduduk religius bisa lebih maju karena masyarakatnya penuh rasa empati kemanusiaan, dermawan, baik hati, dan penuh kedamaian sehingga terdorong untuk kreatif dan inovatif. Namun, kehidupan bangsa Indonesia memperlihatkan paradoks yang luar biasa. Paradoks antara kehebohan beragama dan kebangkrutan moralitas.

Oleh karena itu, Musdah memandang penguatan literasi agama merupakan sebuah keniscayaan. Menurutnya, penduduk Indonesia yang sangat religius dapat dijadikan modal untuk membangun bangsa yang lebih baju.

"Bagi saya, penduduk kita sudah cinta agama. Kita jadikan saja religiusitas itu sebagai modal sosial untuk membangun bangsa ini menjadi lebih maju," ujarnya.

Menurut Musdah, kemampuan literasi agama dapat membuat penganut agama menghayati konsep agama dan martabat kemanusiaan, relasi agama dan negara, agama dan ekologi, serta agama dan mayantara, untuk mengimplementasikan nilai-nilai agama di kehidupan nyata demi memajukan Indonesia.

Musdah juga mengatakan, agama seharusnya dapat menjadi penggerak perubahan bagi manusia untuk melakukan kebaikan dan kemajuan dalam kehidupan.

Paling tidak, agama mampu melakukan tiga hal, kata Musdah. Pertama, upaya humanisasi dengan memanusiakan manusia dan mengangkat harkat martabat manusia sehingga praktik diskriminasi, eksploitasi, kekerasan, dan ketidakadilan dapat berkurang.

Kedua, upaya liberasi dengan membebaskan manusia dari kemiskinan, kelaparan, dan penindasan. Ketiga, upaya transendensi dengan menguatkan spiritualitas manusia agar hidup lebih bermakna bagi semua makhluk di alam semesta.

"Dengan literasi agama, maka seseorang akan memiliki pandangan yang luas sehingga tidak terjebak di pemahaman yang sempit yang hanya menggap agama sekadar ritual," pungkasnya.

Baca juga: Musdah Mulia: Pemberdayaan perempuan cegah pengaruh paham radikal

Baca juga: HUT RI, Prof Musdah Mulia: Galang persatuan kikis politik identitas

Baca juga: ICRP: Jangan jadikan wabah COVID-19 bahan untuk menebar hoaks

 

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021