Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) Irjen Pol. (Purn.) Hamli menjelaskan ada tiga keterampilan abad XXI yang dapat dijadikan bekal kaum muda di Indonesia untuk membangun generasi emas 2045.

“Ini (keterampilan abad XXI) ada tiga, yaitu kualitas karakter, literasi dasar, dan kompetensi penyelesaian masalah,” kata Hamli saat menjadi pemateri dalam kegiatan “Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Purnapaskibraka sebelum Tahun 2021” yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) secara daring dari Jakarta, Senin.

Kemudian, dia menjelaskan secara lebih rinci langkah-langkah dalam mengembangkan tiga keterampilan tersebut. Pertama, ada keterampilan kualitas karakter, yaitu bagaimana para generasi muda beradaptasi di lingkungan yang dinamis. Kualitas itu dapat dikembangkan dengan pemahaman terhadap religiositas, nasionalisme, kemandirian, sikap gotong royong, dan keberadaan integritas.

Baca juga: BPET MUI: 45,5 persen motif aksi teror adalah ideologi agama

Hamli mengingatkan seluruh peserta kegiatan pembinaan, yaitu para Purnapaskibraka dari tahun 1945 hingga 2020 yang akan ditetapkan sebagai Duta Pancasila agar selalu memiliki religiusitas dan sikap nasionalisme secara berdampingan sebagai tameng dalam menghindari pengaruh kelompok teroris.

“Anda harus memiliki religiusitas dan paham tentang wawasan keagamaan agar tidak diombang-ambingkan oleh kelompok yang mengatasnamakan agama dalam membawa tindakan terorisme,” jelas Hamli.

Kedua, ada pula keterampilan literasi dasar yang meliputi penerapan keterampilan berbahasa, numerasi, sains, digital, finansial, budaya, dan kewarganegaraan. Menurut Hamli, keenam literasi dasar itu harus dikuasai dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari generasi muda Indonesia.

Baca juga: Ibu DPO MIT Poso, Ahmad Panjang minta anaknya pulang lewat video

Ia mengimbau agar kaum muda senantiasa menanamkan kearifan lokal sebagai bagian dari literasi dasar budaya di dalam dirinya untuk menghindari pengaruh kelompok teroris.

Terakhir, katanya, adalah keterampilan kompetensi, yaitu bagaimana cara seseorang memecahkan masalah yang kompleks. Pengembangan keterampilan ini bisa dilakukan dengan selalu berpikir kritis, kreatif, dan mahir dalam berkomunikasi serta berkolaborasi.

Baca juga: Eks teroris tak sepakat usulan Densus 88 dibubarkan

“Ini (materi keterampilan dalam kegiatan pembinaan ideologi Pancasila) menjadi cikal bakal teman-teman menyebarkan kebaikan kepada bangsa ini, terutama anak-anak muda,” jelas Hamli.

Ia mengimbau para Purnapaskibraka, khususnya yang termasuk generasi Z dan milenial untuk membuat kontra narasi memerangi narasi radikalisme hingga terorisme yang akhir-akhir ini semakin mudah ditemukan di dunia digital. Kontra narasi yang dapat berupa video mengandung pesan nasionalisme dan cara memerangi terorisme bisa mereka unggah ke media sosial. Salah satunya adalah TikTok yang sedang banyak digunakan sesama generasi muda.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021