Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan perguruan tinggi mempunyai peran yang sangat penting dan strategis untuk membantu mengatasi permasalahan stunting (kekerdilan) yang terjadi di Indonesia.

“Peran perguruan tinggi menjadi sangat penting dan strategis, karena bangsa kita ini masih tercatat dalam bagian wilayah stunting, yang masuk lebih dari 30 persen. Beberapa wilayah kita kelompok (stunting) yang tinggi," kata Hasto dalam Simposium Nasional Praktik Baik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Hasto menuturkan perguruan tinggi dapat membantu pemerintah untuk memberikan pendampingan pada keluarga yang berisiko stunting, sehingga ibu dapat melahirkan bayi-bayi yang sehat.

Baca juga: BKKBN: Stunting tidak hanya soal kelaparan tapi kematian ibu dan bayi

Perguruan tinggi juga dapat membantu memperkuat perencanaan dan penganggaran penanganan stunting, meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan percepatan penurunan angka stunting, meningkatkan kualitas pemantauan, evaluasi, pelaporan, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.

Langkah-langkah tersebut, kata dia, dapat dilakukan melalui kegiatan yang ada dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang telah disusun ke dalam mata kuliah sebanyak 20 SKS, Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN Tematik) maupun melalui pengabdian masyarakat.

“Termasuk bagaimana melakukan coaching, mentoring dan advokasi kepada pemerintah desa dan masalah-masalah yang terkait dengan data,” kata dia.

Hasto menyebutkan hingga kini sudah ada 11 perguruan tinggi yang bergabung untuk membantu mengatasi permasalahan stunting di Tanah Air.

Ia berharap perguruan tinggi lain dapat ikut mendukung dan membantu program percepatan penurunan stunting agar target 14 persen yang telah ditetapkan tercapai pada tahun 2024.

“Kami berterima kasih pada 11 perguruan tinggi yang bergabung dengan penuntasan stunting ini. Mudah mudahan, perguruan tinggi lainnya bisa menyusul. Harapannya nanti ada 4.600 perguruan tinggi untuk semua desa bisa tersentuh oleh mahasiswa,” ujarnya.

Baca juga: Gerakan melawan stunting dalam 2 tahun Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin

Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia Maskuri mengatakan mahasiswa yang tergabung dalam perguruan tinggi memiliki andil untuk bergabung bersama BKKBN dalam mengatasi permasalahan stunting di Indonesia.

“Perguruan tinggi perlu ikut bergerak mengupayakan aktivitas nyata untuk membantu penanganan stunting. Sebab, mahasiswa adalah generasi calon bapak dan calon ibu yang akan melahirkan bayi,” ucap Maskuri.

Menurut Maskuri, pemberian literasi pengetahuan dan informasi terkait kesehatan reproduksi dan nutrisi penting dan kegiatan belajar mengajar pada mahasiswa juga dapat diarahkan untuk menurunkan angka prevalensi stunting.

Kegiatan belajar tersebut dapat diterapkan melalui kegiatan pendidikan, pengajaran, penelitian maupun pengabdian masyarakat yang disinergikan dengan lebih intensif bersama pemerintah, pihak swasta serta masyarakat yang menjadi sasaran dari upaya tersebut.

Baca juga: Program "Jago Centing" untuk cegah stunting digalakkan di Surabaya

Baca juga: BKKBN distribusikan dana untuk vaksinasi dan stunting empat wilayah


Ia mengatakan kolaborasi bersama BKKBN dapat menjadi peluang penting untuk mengkaryakan mahasiswa melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Oleh sebab itu, dia berharap percepatan penurunan stunting serius dijalankan dan perguruan tinggi mampu membantu menyelesaikan permasalahan stunting melalui delapan kegiatan dalam pembelajaran mahasiswa MBKM, seperti memberikan sosialisasi, edukasi, antisipasi pada masyarakat yang dilakukan di bawah bimbingan para dosen.

“Terwujudnya generasi emas Indonesia bebas stunting merupakan tujuan bersama. Merupakan sebuah keniscayaan kita bersama yang wajib diupayakan bersama oleh seluruh pihak. Mudah mudahan akan dapat kita tindak lanjuti dengan serius,” kata dia.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021