PLTN hanya menguntungkan pabrik, tidak untuk rakyat"
Semarang (ANTARA News) - Ahli energi, Lilo Sunaryo mengatakan Indonesia harus belajar dari musibah di Jepang dengan meninjau ulang keinginan menggunakan energi nuklir dengan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

"Jepang yang memiliki disiplin tinggi dan teknologi canggih saja kewalahan. Apalagi Indonesia yang belum punya pengalaman," kata Lilo Sunaryo yang juga Koordinator Masyarakat Reksa Bumi ini, Jumat.

Bahkan, lanjut Lilo, negara maju lainnya juga sudah mulai meninggalkan PLTN dan sebagian lain meninjau ulang pembangunan PLTN. Oleh karena itu, Indonesia seharusnya tidak memerlukan PLTN.

Menurut Lilo, PLTN adalah teknologi yang belum tuntas, karena selain menghasilkan listrik juga menghasilkan zat berbahaya yang dapat mengakibatkan kanker dan penyakit lainnya. Zat yang dihasilkan selain listrik tidak bisa dimanfaatkan kecuali untuk bom atom.

"Saat ini dunia tidak dalam situasi perang dingin. Oleh karena itu, penggunaan energi alternatif lain harus dimaksimalkan," katanya.

Sejumlah energi alternatif tersebut seperti energi surya, angin, panas bumi, gelombang tinggi, arus laut, dan limbah pertanian (jerami). Energi alternatif tidak akan habis karena selalu disiapkan alam. Begitu juga dengan energi limbah pertanian akan selalu ada, selama masyarakat masih mengkonsumsi beras.

Sementara sumber energi seperti minyak, gas, batu bara, dan uranium pasti habis jika selalu ditambang.

Indonesia, lanjut Lilo, baru menggunakan energi alternatif sebesar 0,5 megawatt.

Lilo menegaskan bIndonesia tidak perlu hidup dengan risiko tinggi dengan menggunakan energi PLTN. "PLTN hanya menguntungkan pabrik, tidak untuk rakyat," tandas Lilo Sunaryo.(*)

N008/P004

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011