Jakarta (ANTARA) - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyarankan adanya kebijakan pengganti setelah insentif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor berakhir pada akhir Desember 2021.

"Harus ada langkah yang ditempuh, misalnya seperti apa arah net zero emisi dan bagaimana nanti perkembangan produksi dan insentif kendaraan bermotornya diarahkan ke arah sana," kata Peneliti Indef Eisha Rachbini dalam konferensi pers Tanggapan Indef Atas Capaian Ekonomi Triwulan III 2021 di Jakarta, Jumat.

Dengan demikian, ia berharap penjualan kendaraan bermotor tidak begitu saja anjlok setelah insentif berakhir.

Pertumbuhan penjualan dan produksi kendaraan bermotor memang sangat meningkat pada tahun 2021, terutama pada triwulan II yang meningkat sangat tajam.

Kendati begitu, Eisha menilai produksi dan penjualan kendaraan bermotor di triwulan ketiga tahun ini sedikit menurun karena adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), meski dampaknya tak terlalu besar.

Dengan tingginya penjualan dan produksi kendaraan bermotor, industri alat angkutan yang tumbuh 27,8 persen berhasil menopang pertumbuhan industri pengolahan pada triwulan III-2021.

"Ini tercermin juga dari Purchasing Managers' Index (PMI) September 2021 yang kembali ke level ekspansi setelah turun pada Juli dan Agustus," ujarnya.

Ia pun berharap industri pengolahan ke depannya bisa semakin membaik, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Perpanjangan PPnBM berdampak baik pada kinerja industri otomotif

Baca juga: Kemenperin berharap perpanjangan PPnBM DTP dongkrak utilisasi otomotif

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021