Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Guswanto mengatakan banjir di Alor Selatan, Nusa Tenggara Timur serta di Kota Batu, Jawa Timur secara umum dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem.

Melalui siaran pers di Jakarta, Sabtu, Guswanto menyebut kondisi cuaca di Alor menunjukkan bahwa bencana banjir di wilayah tersebut pada 3 November 2021 dipicu curah hujan intensitas lebat-sangat lebat disertai kilat/petir.

Baca juga: BNPB menyarankan penetapan status tanggap darurat bencana di Kota Batu

"Dimana curah hujan terukur di sekitar Pailelang mencapai intensitas 103 mm dalam periode 24 jam," kata Guswanto.

Kondisi cuaca ekstrem di Alor dipicu oleh pertumbuhan awan hujan jenis Cumulonimbus yang cukup intens dan merata,  sehingga menimbulkan curah hujan sedang-lebat yang terjadi dalam durasi yang cukup lama.

Sementara curah hujan di Kota Batu pada 4 November 202,  berkategori sangat lebat dengan intensitas curah hujan mencapai 80,3 mm yang terjadi sekitar dua jam. Analisis citra satelit dan radar cuaca menunjukkan adanya pertumbuhan awan hujan Cumulonimbus yang cukup intens dengan sebaran hujan potensi lebat hingga sangat lebat di wilayah Kota Batu.

Guswanto menambahkan curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia akan semakin meningkat di bulan November ini sejalan dengan menguatnya La Nina dan Monsun Asia. Hal tersebut berpotensi meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang dan angin kencang.

Untuk itu BMKG terus mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem yang menuntut kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk masyarakat untuk menghadapi, mengurangi risiko bahkan sedapat mungkin mencegah terjadinya bencana hidrometeorologi tersebut.

Baca juga: Pakar UGM: Banjir bandang di Batu Malang tunjukkan gangguan ekosistem

Baca juga: BMKG: Banjir bandang di Kota Batu akibat hujan intensitas ekstrem


Ia mengatakan UPT BMKG Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur sebelumnya telah memberikan informasi peringatan dini terkait adanya potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi di kedua provinsi tersebut.

"Diseminasi potensi cuaca ekstrem untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur telah didiseminasikan sejak dua hari sebelumnya, kemudian diperkuat dengan informasi peringatan dini sejak 1-2 jam sebelum kejadian di dua wilayah tersebut. Koordinasi dan diseminasi kepada pemangku kepentingan terkait kebencanaan juga telah dilakukan oleh BMKG setempat," tuturnya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021