Jayapura (ANTARA) - Peraih dua medali emas dan sekeping perak cabang bulu tangkis ajang Paralimpiade Tokyo 2020, Leani Ratri Oktila berkeinginan untuk membangun fasilitas olahraga di Kota Solo, Jateng setelah kelak pensiun gantung raket.

Ratri, panggilan akrabnya, saat konferensi pers di media center Kominfo Peparnas Papua di Swiss Belhotel Jayapura, Minggu, mengaku akan mengikuti jejak legenda-legenda bulu tangkis Indonesia seperti Taufik Hidayat, Candra Wijaya, Sony Dwi Kuncoro dan sejumlah nama lainnya yang telah membangun pusat olahraga dan pembinaan atlet usia dini seusai pensiun sebagai atlet.

Menurut Ratri, gedung olahraga (GOR) yang akan dibangun itu berstandar internasional dan diutamakan bagi para penyandang disabilitas di Solo, kota tempat kelahiran Presiden Joko Widodo.

Kendati lahir dan besar di Riau, atlet putri terbaik Federasi Bulu Tangkis Dunia ini lebih memilih Solo karena melihat potensi atlet-atlet disabilitas banyak terdapat di kota yang terkenal dengan batik tulisnya itu.

Baca juga: Presiden Jokowi : Tak ada yang bisa hentikan Leani Ratri

Ratri ingin muncul lebih banyak lagi bibit atlet disabilitas yang mampu menciptakan prestasi jauh lebih baik dari dirinya.

Ia menargetkan pusat olahraga itu nantinya bisa menjadi tempat pembinaan atlet usia dini dari penyandang disabilitas, terutama untuk cabang bulu tangkis.

"Saya ingin ada sebuah pusat olahraga mengkhususkan diri bagi pengembangan bakat para penyandang disabilitas, terutama mereka yang berkursi roda. Fasilitas seperti ini bisa dibilang masih sangat sedikit. Kenapa tidak di Riau? Salah satunya karena di sana pemerintah setempat sudah menyiapkan bangunan serupa usai saya dari Paralimpiade Tokyo 2020," kata atlet kelahiran Bangkinang, Kampar, 6 Mei 1991 itu.

Juara Asian Paragames 2018 ini akan turun di nomor tunggal putri klasifikasi SL4 pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2021 di Papua.

Peringkat pertama dunia tunggal putri parabulu tangkis BWF ini mengincar sekeping emas untuk dibawa pulang ke Riau.

Di nomor ini, ia diperkirakan akan berjumpa dengan Khalimatus Sadiyah di partai final Peparnas Papua.

Baca juga: Saatnya pemerintah daerah tiru pusat dalam pembinaan atlet disabilitas

Khalimatus yang membela kontingen Jawa Timur adalah pasangannya ketika merebut emas di final ganda putri klasifikasi SL3-SU5 Paralimpiade Tokyo 2020. Mereka merupakan ganda putri terbaik dunia saat ini.

"Meskipun kami bersahabat di lapangan dan luar lapangan, tapi ketika turun di nomor tunggal Peparnas Papua, maka kami akan saling mengalahkan," kata pemilik tiga gelar juara dunia ini.

Juara dunia tunggal putri pada Kejuaraan Dunia Parabulu Tangkis 2019 di Basel, Swiss, itu sepakat dengan pola pembatasan atlet disabilitas berkelas internasional hanya boleh main di satu nomor.

Alasannya hal itu sebagai bentuk regenerasi dan memberi kesempatan atlet-atlet lain untuk merebut prestasi yang lebih baik.

Baca juga: Penantian emas empat dekade Indonesia di Paralimpiade pecah di Tokyo
Baca juga: Leani Ratri nilai kebijakan Peparnas Papua baik untuk regenerasi atlet
 

Pewarta: Muhsidin
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021