Bangsa Indonesia harus bisa mandiri, sehingga bisa berperan dalam geopolitik dan geoekonomi secara sejajar dengan negara-negara lain
Jakarta (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Diponegoro Singgih Tri Sulistiyono mengingatkan belajar dari kisah kepahlawanan masyarakat Surabaya yang memperlihatkan bahwa perilaku menentukan perjalanan masa depan bangsa.

“Heroisme rakyat Surabaya dicatat dengan harum dalam perjalanan sejarah bangsa, bagaimana bangsa yang baru lahir mempertahankan kemerdekaannya,” kata Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro itu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Singgih yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Antar Lembaga Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII), menyebut kisah heroik dari rakyat Surabaya merupakan wujud kecintaan terhadap tanah air. Sekaligus ekspresi dari tekanan akibat politik imperialisme yang meminggirkan bangsa Indonesia selama ratusan tahun.

Perlawanan rakyat Surabaya membuat Inggris melalukan serangan yang berlangsung selama tiga minggu sehingga mengakibatkan kerusakan besar terhadap Ibu Kota Jawa Timur itu. Efeknya, luar biasa, mata dunia lantas tertuju kepada negeri muda yang melawan dengan gigih kolonialisme.

“Peristiwa itu dikenang karena keberanian, kegigihan, dan spontanitas rakyat Surabaya yang mengubah sejarah Indonesia. Heroiknya rakyat Surabaya yang kemudian hari disebut sebagai bondo nekat atau bonek,” kata Singgih.

Peristiwa yang telah terjadi puluhan tahun lalu itu, seharusnya menjadi semangat dalam menghadapi tantangan globalisasi,

“Kolonialisme dan imperialisme juga bersalin rupa, ini membutuh kecerdasan, kegigihan, dan adaptasi yang kuat. Sehingga bangsa ini tidak menjadi bangsa kelas tiga, hanya sebagai pasar dan bergantung terhadap bantuan negara lain,” kata Singgih.

Menciptakan ketergantungan secara sosial, budaya, politik, dan ekonomi merupakan bentuk-bentuk hegemoni dan dominasi atau kolonialisme baru. Hal ini, bisa diantisipasi dengan kemandirian bangsa,

“Bangsa Indonesia harus bisa mandiri, sehingga bisa berperan dalam geopolitik dan geoekonomi secara sejajar dengan negara-negara lain,” imbuh Singgih.

Indonesia, dengan kemampuannya, bukan hanya menjadi destinasi investasi yang menjajikan namun juga mampu berinvestasi ke mancanegara, Bangsa Indonesia tidak anti investasi asing, namun jangan sampai investasi itu mengganggu kedaulatan bangsa atau mendikte pemerintah.

Untuk itu, sema pihak harus bekerja keras dengan nilai-nilai luhur bangsa agar bangsa Indonesia menjadi bangsa maju, dan mampu mewujudkan pembukaan UUD 1945.

“Apa yang dilakukan bangsa Indonesia hari ini, sangat menentukan perjalanan bangsa pada masa depan,” paparnya.

Senada dengan Singgih Tri Sulistiyono, Sekretaris Umum DPP LDII Dody T. Wijaya mengatakan generasi muda terutama generasi Z, menjadi tumpuan bangsa. Mereka yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000-an, menurut Dody adalah generasi yang lekat dengan teknologi sehingga terkadang disebut sebagai i-gen.

“Mereka ambisius, mahir tentang hal digital, percaya diri, mempertanyakan otoritas, banyak menggunakan bahasa gaul, lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Generasi Z juga rentan terkena depresi juga kecemasan. Mereka inilah yang harus dibimbing menjemput Indonesia Emas 2045,” imbuhnya.

Mereka sebagai anak teknologi dengan pemikiran yang global, bahkan nasionalisme mereka menembus batas negara dan ideologi, menurut Dody harus mendapatkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti gotong royong,

“Mereka juga harus memiliki karakter alim-faqih, berakhlak mulia, dan memiliki sikap mandiri,” imbuhnya.

Mereka akan jadi pahlawan masa depan, bila memiliki semangat rela berkorban dan berjuang untuk kepentingan orang banyak, tanpa membedakan suku, agama, dan ras, menurut Dody.

Dengan generasi inilah, bonus demografi pada 2045 menjadi milik bangsa Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi negara maju, namun dengan moralitas yang mulia dalam rangka membangun masyarakat madani yang makmur, sejahtera, adil, toleran, saling menghargai, tolong-menolong, dan semangat kebersamaan yang tinggi. Merekalah pahlawan-pahlawan masa depan.

Baca juga: Gibran: Pahlawan masa kini berjasa dalam penanganan pandemi COVID-19
Baca juga: Hari Pahlawan, sejarawan ajak anak muda tak lupakan sejarah bangsa
Baca juga: Hari Pahlawan, Kalapas Salemba tegaskan stop kekerasan terhadap napi


Pewarta: Indriani
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021