Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama mengukuhkan empat peneliti menjadi Profesor Riset ke-19, 20, 21, dan 22 di lingkungan Kementerian Agama.

Empat peneliti bidang agama yang dikukuhkan itu, yakni Abdul Kadir Masoweang, Kustini, Choirul Fuad Yusuf, dan Muhamad Murtadlo.

Sidang Orasi Pengukuhan itu dilaksanakan di Jakarta, Kamis, yang dipimpin oleh Profesor Riset Koeswinarno.

Diikuti secara daring di Jakarta, Kamis, Profesor Riset Abdul Kadir Masoweang menyampaikan orasi berjudul "Moderasi Beragama dalam Lektur Keagamaan Islam di Kawasan Timur Indonesia".

Baca juga: Tiga peneliti Kemenag dikukuhkan sebagai profesor riset

Baca juga: BRIN kembali kukuhkan tiga profesor riset


Ia menyampaikan kajian terhadap lektur keagamaan Islam di Kawasan Timur Indonesia membuktikan bahwa ulama sejak dahulu sampai sekarang mengambil peran dalam memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

"Karya dan pemikiran ulama yang dituangkan dalam lektur keagamaan merupakan media dakwah untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan ajaran-ajaran Islam yang moderat kepada generasi sekarang dan akan datang," tuturnya.

Sementara itu, Profesor Riset Kustini menyampaikan orasi berjudul "Perempuan, Keluarga, dan Perubahan Sosial".

Ia mengatakan perubahan sosial menjadi tantangan bagi perempuan untuk tetap bertahan pada kondisi masyarakat yang semakin kompleks.

"Peran pemerintah menjadi poin penting untuk menyiapkan perempuan agar dapat menyesuaikan dengan perubahan. Kemenag, melalui Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah dapat terus menjalankan perannya melalui program revitalisasi KUA," katanya.

Dalam kesempatan itu, Profesor Riset Choirul Fuad Yusuf juga menyampaikan orasinya tentang "Literasi Keagamaan Generasi Milenial Indonesia: Tantangan Masa Depan Bangsa Indonesia".

Adapun, Profesor Riset Muhamad Murtadlo menyampaikan orasi berjudul "Pendidikan Moderasi Beragama: Membangun Harmoni, Memajukan Negeri".

Menurutnya, fenomena intoleransi atau ketiadaan tenggang rasa dalam beragama belakangan ini makin menguat.

Maka itu, menurutnya, karakter moderat menjadi tujuan Penguatan Moderasi Beragama (PMB). "Dunia pendidikan menjadi tumpuan menerjemahkan program PMB," katanya.*

Baca juga: BRIN kukuhkan tiga profesor riset

Baca juga: LIPI dorong konservasi hoya Indonesia untuk pemanfaatan berkelanjutan

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021