Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia tergelincir pada perdagangan Kamis pagi, sementara aset-aset safe haven seperti obligasi pemerintah, emas dan yen bersinar, ketika tanda kegelisahan merayap di atas prospek suku bunga dan pertumbuhan, terutama di luar Amerika Serikat.

Harga minyak tergelincir ke level terendah enam minggu di tengah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dan prospek China, Jepang, dan Amerika Serikat mengurangi cadangan bahan bakar mereka, dengan Brent berjangka terakhir di 79,77 dolar AS per barel, jatuh lebih dari delapan persen dari level tertinggi tiga tahun bulan lalu.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko juga jatuh ke level terendah enam minggu di 0,7256 dolar AS.

Nikkei Jepang melemah 0,6 persen di awal perdagangan. Indeks MSCI dari saham Asia di luar Jepang turun 0,5 persen dan kontrak berjangka S&P 500 datar setelah indeks sedikit melemah semalam.

Suasana paling lembut di Hong Kong di mana kekhawatiran atas prospek pendapatan membebani saham teknologi dan penurunan hampir 5,0 persen di saham kelas berat Alibaba menyeret Hang Seng sekitar 1,0 persen lebih rendah.

"Kami tampaknya agak terhenti menjelang akhir tahun," kata Jun Bei Liu, manajer portofolio di Tribeca Investment Partners di Sydney.

"Investor mungkin hanya mengambil sedikit jeda," katanya, setelah musim laporan keuangan AS yang kuat, tetapi ketika inflasi dan perlambatan China tampak sebagai hambatan ekonomi makro.

Yen, aset safe-haven yang juga akhir-akhir ini sensitif terhadap harga minyak, mengalami lonjakan satu hari tertinggi terhadap dolar dalam tiga bulan pada Rabu (17/11/2021) sementara emas naik hampir 1,0 persen dan obligasi pemerintah menguat sepanjang kurva.

Emas naik 0,1 persen lebih lanjut menjadi diperdagangkan di 1.869 dolar AS per ounce di Asia pada Kamis. Yen naik tipis menjadi 113,94 per dolar.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan stabil di Tokyo di 1,5889 persen setelah jatuh sekitar 5,5 basis poin semalam.

Hari ke depan sepi di kalender ekonomi, dengan penampilan dari gubernur bank sentral di Australia, Amerika Serikat dan Eropa dan data klaim pengangguran AS menjadi sorotan.

Dengan latar belakang kehati-hatian yang nyata adalah dolar AS melonjak, karena data AS telah berubah secara mengejutkan menjadi kuat seperti halnya keraguan yang muncul atas prospek ekonomi negara utama lainnya.

Pada Rabu (17/11/2021) angka menunjukkan lonjakan izin bangunan dan backlog konstruksi rumah AS naik ke tertinggi 15-tahun - menggarisbawahi permintaan yang kuat menyusul laporan penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan pada Selasa (16/11/2021).

Sebaliknya Eropa bergulat dengan gelombang keempat kasus COVID-19 dan pembatasan baru untuk mengekangnya, sementara bank sentral mendorong kembali tekanan untuk menaikkan suku bunga.

Euro telah pulih dari perjalanan di bawah 1,13 dolar AS pada Rabu (17/11/2021) tetapi tetap goyah di 1,1325 dolar AS dan bersiap untuk bulan terburuk terhadap dolar sejak Juni ketika Federal Reserve mengejutkan investor dengan perubahan nada hawkish.

Pedagang mata uang juga menilai penurunan tajam dalam pasangan Aussie/yen, seringkali menjadi barometer sentimen pasar. Pasangan itu jatuh melampaui rata-rata pergerakan 200 hari pada Selasa (16/11/2021) dan telah kehilangan hampir 4,0 persen dalam selusin sesi.

"Anda memiliki badai yang sempurna di sana untuk bearish," kata Matt Simpson, analis senior di broker City Index. "Secara fundamental dan teknis, Aussie/yen terlihat cukup bagus dengan harga minyak yang lebih rendah."

Baca juga: Wall Street berakhir lebih rendah, pengecer memicu ketakutan inflasi
Baca juga: Emas naik tipis di Asia saat dolar dan imbal hasil obligasi melemah
Baca juga: Dolar ambil jeda dari reli, melayang tak jauh dari puncak 16 bulan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021