Abidjan (ANTARA News) - Pasukan yang setia pada presiden terpilih Pantai Gading, Alassane Ouattara, berhasil menangkap bekas Presiden Laurent Gbagbo dan isterinya, Simone, Senin, dan telah membawa keduanya ke markas mereka.

Juru bicara Quattaea, Anne Ouloto, mengatakan pada AFP bahwa pasangan tersebut telah dibawa ke Hotel Golf, tempat Ouattara bermarkas, pada sekitar pukul 13.00 GMT (pukul 20.00 WIB), tak lama setelah penangkapan mereka.

"Ia di sini dengan isterinya dan anak laki-lakinya Michel. Saya dapat melihat mereka sekarang," kata Ouloto, yang berbicara melalui telpon dari bekas tempat peristirahatan di tepi danau di pinggir laut yang sekarang telah berubah menjadi kamp bersenjata yang dilindungi oleh bekas tentara pemberontak dan penjaga perdamaian PBB.

PBB telah membenarkan penangkapan Gbagbo itu. "Misi PBB di Panti Gading mengkonfirmasi bahwa mantan Presiden Laurent Gbagbo telah menyerah pada pasukan Alassane Ouattara dan sekarang dalam tahanan mereka," kata juru bicara PBB Farhan Haq.

Haq menambahkan misi PBB yang dikenal sebagai UNOCI itu "memberikan perlindungan dan keamanan sesuai dengan mandatnya". Ia menjelaskan pada Reuters bahwa UNOCI diberi mandat untuk melindungi para petaruh politik di Pantai Gading, yang mencakup Gbagbo.

Sementara itu, masih berkaitan, satu sumber pemerintah Prancis membantah laporan bahwa tentara Prancis yang telah menangkap orang kuat Pantai Gading Gbagbo, ketika pasukan yang setia pada saingannya, Ouattara, menyerang markasnya.

"Tuan Gbagbo ditangkap oleh tentara Ouattara, itu yang benar, tapi tidak oleh pasukan khusus Prancis, yang tidak masuk ke dalam pagar kediaman (Gbagbo)," kata sumber itu.

Sebelumnya, beberapa saksi melaporkan melihat pasukan pro-Ouattara masuk ke kompleks kediaman Gbagbo yang dikepung, sementara kendaraan-kendaraan lapis baja Prancis dan PBB digelar di jalan yang menuju ke kompleks itu.

Komando tinggi militer Prancis menambahkan bahwa "tak pernah" pasukan Prancis masuk taman atau halaman kompleks Gbagbo.

Dengan tertangkapnya Gbagbo, berakhir pula krisis politik yang dipicu oleh pemilihan presiden November lalu, ketika presiden Gbagbo tidak mau mengakui kekalahannya dan menyerahkan kekuasaan pada pemenang pilpres yang diakui masyarakat internasional, Ouattara.
(S008)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011