Perempuan yang kehilangan pekerjaan lebih banyak 1,8 kali dari laki-laki
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia Dini Widiastuti mengatakan pandemi COVID-19 menurunkan nilai kesetaraan pendapatan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia.

"Di tengah pandemi, perempuan yang kehilangan pekerjaan lebih banyak 1,8 kali dari laki-laki. Gender gap index Indonesia secara global sekarang berada di peringkat 101 dari 156 negara, kalau sebelumnya kita berada di posisi 85 dari 149 negara," kata Dini dalam webinar "Dunia Kerja Setelah Pandemi COVID-19" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Indeks selisih pendapatan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia juga menurun, artinya pendapatan perempuan semakin rendah dibandingkan laki-laki. Pada 2018, Indeks selisih pendapatan di Indonesia bernilai 0,691 dan saat ini menjadi 0,687 atau semakin jauh dari indeks yang setara yaitu 1.

Namun demikian, dibandingkan 2006 lalu, menurut Dini indeks selisih pendapatan antara laki-laki dan perempuan sudah jauh lebih baik.

Saat ini edukasi soal kesetaraan gender pun sebetulnya sudah baik, terutama di kota-kota besar. Namun, norma yang berlaku di masyarakat, yang menempatkan perempuan sebagai pengurus utama pekerjaan rumah, menghalangi perempuan dalam mengembangkan karir profesional.

"Norma ini berkontribusi banyak terhadap stereotipe perempuan dan laki-laki, peran apa yang bisa dimainkan, dan posisinya seperti apa. Dan terutama untuk perempuan yang baru masuk ke dunia kerja, mereka menghadapi dilema di jalan, untuk memilih antara karir atau keluarga sehingga sudah berguguran belum sampai posisi atas," katanya.

Baca juga: Survei: Perempuan memikul beban lebih berat semasa pandemi

Baca juga: Tiga kunci agar wanita bisa bertahan di tengah krisis pandemi


Padahal kesetaraan gender berdampak baik bagi perkembangan bisnis dan ekonomi nasional. Pasalnya, suatu perusahaan dengan komposisi karyawan yang lebih beragam akan memiliki banyak masukan inovasi baru.

"Banyak yang bisa dilakukan perusahaan untuk memperkuat kesetaraan gender. Tidak hanya terbatas pada menciptakan keseimbangan work-life tapi juga menciptakan kebijakan dan lingkungan kerja yang memperhatikan kepentingan berbeda antara laki-laki dan perempuan," imbuh Dini.

Dini meminta perusahaan tidak hanya memberi kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan, tapi juga menerapkan kebijakan anti-kekerasan dan anti-diskriminasi terhadap perempuan, termasuk dalam proses rekrutmen dan pengupahan.

Perusahaan juga diminta mendorong perempuan berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan strategis dan mencapai posisi teratas. Untuk itu ia meminta pelaku usaha dan pemerintah bersama-sama melakukan investasi untuk mendidik perempuan muda agar bisa kompetitif di dunia kerja pada masa yang akan datang.

"Kami ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan ekonomi dan bisnis agar perempuan muda dapat bekerja sesuai dengan minat bakat dan menapaki karir dalam lingkungan kerja yang tak hanya memberi kesempatan sama, tapi secara nyata membantu mengurangi hambatan-hambatan bagi perempuan untuk bekerja dan memimpin," ucapnya.


Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan Bali tangguh hadapi pandemi COVID-19

Baca juga: Kowani: Pandemi momentum penerapan kesetaraan gender

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021