Tokyo (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Rabu pagi, karena pelepasan minyak terkoordinasi dari cadangan strategis yang dipimpin AS meredakan kekhawatiran atas ketatnya pasokan global, sementara investor mengambil keuntungan dari reli hari sebelumnya menjelang liburan Thanksgiving AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 12 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 78,38 dolar AS per barel pada pukul 01.22 GMT, berbalik dari kenaikan 2,3 persen pada hari sebelumnya.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 32 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 81,99 dolar AS per barel, setelah naik 3,3 persen pada Selasa (23/11/2021).

"Upaya terkoordinasi oleh negara-negara konsumen minyak utama untuk menurunkan harga minyak mentah mendorong penjualan baru," kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities Co Ltd.

"Di balik penurunan itu juga karena aksi ambil untung jelang liburan AS," katanya, menambahkan kekhawatiran atas permintaan yang lebih lambat di Eropa di tengah kebangkitan pandemi COVID-19 juga membebani sentimen.

Amerika Serikat mengatakan pada Selasa (23/11/2021) akan melepaskan jutaan barel minyak dari cadangan strategis berkoordinasi dengan China, India, Korea Selatan, Jepang dan Inggris, untuk mencoba mendinginkan harga setelah produsen OPEC+ berulang kali mengabaikan seruan untuk lebih banyak memasok minyak mentah.

Jepang akan mengadakan lelang untuk sekitar 4,2 juta barel minyak dari stok nasionalnya, surat kabar Nikkei melaporkan pada Rabu.

Menambah tekanan, stok minyak mentah dan bensin AS naik minggu lalu sementara persediaan sulingan turun, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (23/11/2021).

Stok minyak mentah naik 2,3 juta barel untuk pekan yang berakhir 19 November, terhadap ekspektasi analis untuk penurunan sekitar 500.000 barel. Persediaan bensin naik sekitar 600.000 barel dan stok sulingan turun 1,5 juta barel, data menunjukkan.

Namun, beberapa analis mengatakan efek pada harga dari rilis terkoordinasi kemungkinan akan berumur pendek setelah bertahun-tahun penurunan investasi dan pemulihan global yang kuat dari pandemi COVID-19.

Rilis terkoordinasi dapat menambah sekitar 70 juta hingga 80 juta barel pasokan minyak mentah, lebih kecil dari 100 juta barel yang telah diperkirakan pasar, kata analis di Goldman Sachs.

"Ancaman lebih banyak pasokan dalam jangka pendek tentu menciptakan pasar minyak secara artifisial lebih longgar untuk periode 1-2 bulan ke depan," Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy, mengatakan dalam sebuah laporan.

"Namun, langkah (Presiden AS) Biden dan para pemimpin lainnya mungkin hanya mendorong masalah pasokan ke berlalunya waktu, karena mengosongkan penyimpanan akan menambah tekanan pada stok minyak yang sudah rendah," tambahnya.

Baca juga: Wall Street bervariasi, Nasdaq berakhir lebih rendah untuk hari kedua
Baca juga: Harga emas jatuh di bawah 1.800 dolar karena "yield" obligasi menguat
Baca juga: Dolar istirahat setelah didorong Powell, suku bunga NZ jadi fokus

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021